Mentawai – Mentawai memiliki tradisi memanah tradisional yang telah ada sejak lama. Dahulu kala, tradisi ini dilakukan untuk berburu dan juga untuk pertahanan diri bagi masyarakat Mentawai.
Saat ini tradisi memanah mulai dimainkan oleh masyarakat Mentawai sebagai bagian dari hiburan dan juga pelestarian budaya di acara Festival Pesona Mentawai (FPM) 2019
Panahan tradisional Mentawai direncakan akan dibakukan sebagai cabang olahraga pesona Mentawai
“Kedepannya panahan tradisional akan dibakukan sebagai cabang olahraga pesona Mentawai” ujar Ruben, Staf Bidang Olahraga di Dinas Pariwisata dan olahraga (Dispora).
Kegiatan lomba panahan ini diikuti dari 10 kecamatan di kepulauan Mentawai dari kategori anak anak hingga dewasa.
Peserta yang melakukan permainan ini harus berusaha mengenai sasaran dengan tepat. Semakin banyak anak panah yang mengenai sasaran, semakin banyak pula nilai yang didapatkan. Apalagi kalau sampai mengenai ndas abang atau kepala merah yang berada di bagian tas dari bedor.
Permainan yang awalnya hanya dilakukan untuk olahraga dan olah rasa ini mulai dibuat perlombaan. Satu kali putaran, seorang pemanah bisa melepaskan 5 anak panah ke arah bodor sebelum akhirnya dinilai oleh tim penyelenggara. Kalau ada anak panah mengenai ndas abang, pemanah mendapatkan nilai 3, sedangkan permukaan putih mendapat nilai 1.
Jarak antara pemanah dan juga target untuk kalangan anak anak sekitar 5 meter, di kalangan dewasa sekitar 30 meter. Dengan jarak yang cukup jauh ini, seorang pemanah harus mampu membuat anak panah mengenai sasaran terutama bagian ndas abang.
Dengan posisi berdiri, peserta yang ikut serta dalam memanah harus mampu memperkirakan kecepatan angin dan juga kekuatan dari busur. Permainan ini tidak hanya mengandalkan kekuatan penarikan tapi juga perasan terkait kapan saja anak panah harus diluncurkan.
Untuk mengembangkan olahraga panahan khas Mentawai ini, butuh luang untuk menyelenggaraan per tahunnya dan dilakukan secara pertahap. Pada tahun lalu panahan sudah pernah di lombakan pada ajang FPM tahun lalu di Siberut Selatan. (Melisa)
Komentar