Anak-anak sering libur sekolah dan mengaji karena mereka dibawa orangtua mereka ke hutan. Untuk bertahan hidup, mereka terpaksa harus menemani orang tua mencari komoditi yang akan dijual. Dalam sebulan mereka bisa libur sepekan sampai dua pekan. Situasi ini tidak bisa dihindari. Mereka tidak sekolah dan tidak bisa mengaji.
Setelah menyusuri Dusun Lemang, Air Bomban, Sadan, dan Suit selama 18-21 Februari 2020, UAS dan Rombongan Tolong Talang 2020 berkesimpulan ketimpangan ekonomi masalah utama masyarakat Talang Mamak. Dari ekonomi berdampak pada pendidikan, dakwah, dan sosial.
Program “Tolong Talang 2020” diikuti oleh Dompet Dhuafa, LAZIS DDII, YBM PLN, Baznas Provinsi Riau, Komunitas My Trip My Dakwah, Masjid Raya An Nur Provinsi Riau, FPI, Yayasan Muara, dan Sahabat UAS. Semua lembaga berkontribusi dalam bentuk bantuan bahan sembako, biji holtikultura, alat kebersihan dan kesehatan, sunatan massal, buku Iqra’ dan layanan kesehatan gratis.
Perjalanan dimulai dari Pekanbaru setelah subuh hari Selasa, 18 Februari 2020 menuju Pangkalan Kerinci untuk Tabligh Akbar penggalangan dana Tolong Talang 2020, lalu dilanjutkan Tabligh Akbar di Pematang Rebah dan berakhir di Belilas. Setelah itu UAS meluncur menuju Seberida dilanjut ke Dusun Lemang Desa Rantau Langsat, area yang masih bisa dijangkau dengan perjalanan darat.
Di Masjid Al-Muhajirin Dusun Air Bomban pada malam hari, setelah Magrib sampai Isya, UAS mengajar anak-anak mengaji. Dan setelah subuh UAS menyampaikan tausiyah dengan metode tadabbur ayat al-Qur’an.
Dalam tausiyah setelah subuh hari Kamis UAS menekankan agar semua lembaga dan person yang menjadi peserta Tolong Talang 2020 agar selalu solid dalam menolong Suku Talang dengan landasan taqwa dan berserah diri kepada Allah. Jangan bercerai dan bergerak sendiri-sendiri. Kita akan lemah. Kerja tak selesai.
Pagi hari UAS menyertai anak-anak dari Air Bomban berjalan kaki ke sekolah mereka di Dusun Sadan. UAS dan rombongan berjalan selama sekitar 1 jam. Dalam perjalanan, UAS harus menyeberang sungai, mendaki dan menuruni bukit. Badan UAS bercucuran keringat. Bahkan kaki dan pusar UAS ditempeli ‘pacet’. Darah mengalir. UAS hanya senyum melepas pacet yang sudah sangat gemuk setelah menyedot darah di telapak kakinya.
Perjalanan kali ini sangat berkesan. Dari Dusun Lemang, kampung yang masih sampai kendaraan darat, menuju Dusun Air Bomban, UAS harus menaiki boat bermesin 15 PK dengan kapasitas 400 Kg hampir 4 jam. Arus air deras dan dalam. Warnanya keruh. Awan mendung.
Di tengah perjalanan, UAS dan tim harus turun, karena batu besar yang menjadi tanjakan di tengah sungai Batang Gansal mengalirkan air yang sangat deras. Boat tak kuat. Semua penumpang turun. Tali penambat boat ditarik tenaga manusia dan mesin boat dinyalakan oleh nahkoda untuk mendorong. “Sejak tahun 2017 sudah lima kali kami ke Talang Mamak, baru kali ini mengalami arus air sederas ini,” tukas UAS singkat.
Tiga hari berada di pedalaman Suku Talang Mamak jauh dari hiruk pikuk kesibukan dunia dan ting tang ting tong suara HP, tidur UAS sangat nyenyak dan makan dengan lahap. Meskipun mandi dengan air sungai yang keruh, UAS mandi sampai 3 kali sehari di sungai. “Sensasi mandi dengan air teh tarik”. Ketika sabun tidak terbawa, mandi hanya menggosok daki dengan tangan,” kita kembali ke zaman batu,” kelakar UAS.
Saat ini di depan ada tantangan yang harus segera diselesaikan. Untuk kaderisasi, dulu anak-anak Talang Mamak kita sekolahkan. Kini mereka sudah selesai dan sebagian hampir selesai pendidikan. Lalu mereka hendak kemana? Apa yang akan mereka buat?
Agar mereka mau pulang dan mengabdi di kampung, pesantren telah dibuatkan. Tapi belum selesai. Bagaimana anak-anak akan belajar dan guru mengajar?
Ketika nanti mereka mau menjadi guru di sini, mereka harus digaji. Karena mereka perlu makan dan perlu menikah. Kalau mereka tidak digaji, perut mereka lapar dan kehendak menikah tidak terpenuhi. Mereka akan melirik kampung orang. Pergi lagi. Kampung ini akan ditinggal lagi oleh orang kampungnya sendiri. Begitu terus. Masalah tak akan selesai.
Solusinya, kita harus segera selesaikan sekolah lalu kita tugaskan kader-kader Suku Talang Mamak membangun orang kampung mereka sendiri. Mereka mengajar. Kita gaji mereka. Tak perlu kita kirimkan lagi dai dan guru dari luar. Cukup uang untuk gaji mereka saja yang dikirim.
Para guru dari Suku Talang Mamak yang digaji, harus didukung dengan kurikulum, silabus, dan bahan ajar. Majelis Sunan al-Musthafa di Pekanbaru kita minta membuat konsepnya.
Anak-anak yang kita kader kita minta mengajar ibuk-ibuk 4 kali sebulan. Bapak-bapak 4 kali sebulan. Khutbah Jum’at 4 kali sebulan. Setiap hari mereka mengajar anak-anak yang belajar di pesantren dan setiap malam mereka mengajar mengaji di masjid/mushalla.
Materi utama yang diajarkan perkara-perkara pokok agama yang harus diketahui seorang muslim dan pengetahuan dasar selaku manusia untuk hidup.
Malam terakhir, tim Tolong Talang 2020 menggelar Bincang Adat untuk mengetahui fakta terkini dan mencarikan solusi bagi Suku Talang. Semua peserta ikut bermusyawarah di masjid Al Muhajirin Dusun Air Bomban.
Sebagian masyarakat Suku Talang Mamak masih berpegang kuat dengan adat dan beragama dengan islam. Namun mereka menyebutnya dengan nama islam langkah lama. Sebagian lagi masih belum beragama.
Dalam islam langkah lama, ada kebiasaan negatif masyarakat Suku Talang Mamak. Mereka punya banyak pesta. Lahiran pesta. Khitanan pesta. Menikah pesta. Meninggalpun pesta. Dalam pesta mereka ada perjudian. Perjudian ini menjadi ajang perputaran dana sekitar Rp.15 juta. Ini bisa memiskinkan mereka.
Budaya buruk lainnya, kebiasaan bertandang. Anak bujang boleh mendatangi anak perempuan, menginap di kamarnya dan pulang sebelum burung berkicau. Akhirnya mereka banyak menikah muda.
Diantara yang paling menghambat pengislaman Suku Talang, rumah orang Talang ada 3 ruang. Setiap ruang punya fungsi terpisah. Kalau anggota rumah ada yang masuk Islam, mereka tak boleh berinteraksi dengan keluarga mereka di rumah mereka. Harus berada di ruang terpisah.
Untuk kemajuan dakwah ke depan, diperlukan dai yang paham agama dan menguasai adat dengan baik, agar lebih banyak masyarakat yang diajak muallaf kepada agama Islam sesungguhnya. Kaderisasi dai dari suku Talang Mamak sendiri mutlak harus dilakukan.
Pagi Jum’at, setelah shalat Subuh, UAS kembali menyampaikan taushiyah, agar semua person dan lembaga yang terlibat program Tolong Talang melepaskan ego masing-masing, istiqomah, dan jangan tinggalkan perjuangan sampai akhir daya yang bisa dibuat. Bila kita berhenti, orang tak berhenti. Meski kemungkaran tetap ada walau kita semua telah mati, kita tetap harus berbuat. Setelah itu pulanglah kepada Allah dengan jiwa yang tenang. Karena Allah akan tanya apa yang telah kita buat. Dia tidak tagih berhasil atau tidaknya.
Waktu pulang tiba, setelah kajian, UAS kembali mandi di sungai. Tanpa beban. Layaknya orang kampung mandi. Sarapan. Kemudian sayonara kepada semua masyarakat. Kembali ke boat lalu melesat menuju Dusun Lemang.
Air sungai lebih dangkal dan arus air lebih ringan. Rute pulang mengikut arah muara sungai. Waktu tempuh perjalanan lebih cepat daripada perjalanan berangkat. Di atas boat, sambil menikmati langit yang cerah, UAS lebih bisa rileks dan banyak bercanda dengan Abi Ghazali, Sahabat UAS dari BSD. Fadhil dan Mas Faiz, tim media yang menyertai UAS, terlihat enjoy menyertai UAS dan Abi Ghazali saling berbalas joki-joki. Dan Ustadz Alnof hanya senyam senyum mengikuti obrolan mereka.
Setelah menempuh sekitar 2 jam perjalanan, kami sampai di Dusun Lemang. Sebagian tim melanjutkan perjalanan ke lokasi Suku Talang lainnya di Desa Durian Cacar untuk melakukan khitanan massal. Sebagian kembali ke Pekanbaru. Sementara UAS dan tim menuju Rengat untuk bersilaturahim dengan keluarga besar SMP IT Kahar Rahman.
Sampai jumpa dalam program Tolong Talang selanjutnya. (Alnofiandri Dinar)
Rekening Sedekah Dompet Dhuafa Riau :
BNI Syariah 444.667.7792
Mandiri 108.0012.604.139
Bank Riau Kepri Syariah 820.11.000.11
an Yayasan Dompet Dhuafa Republika Riau
Jemput Donasi Dompet Dhuafa aman, nyaman dan didoakan, hubungi:
Telp. (0761) 22078
Whatsapp. 0812 6118 8211
Komentar