Lintassumbar.id – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mendorong pemuda kota Pariaman membuat film yang mengangkat cerita tentang budaya lokal yang tujuannya tidak saja untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas namun juga peningkatan ekonomi. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Ekonomi Kreatif, Film, Televisi dan Animasi Kemenparekraf Syaifulla.
“Kalau dilihat rata-rata yang banyak ditonton adalah yang terkait konten lokal dan original. Hal tersebut tidak saja dapat mengangkat cerita-cerita dan kebudayaan yang ada di daerah namun juga potensi ekonomi bagi masyarakat dengan memanfaatkan sosial media.Jangan minder tinggal di daerah karena banyak potensinya. Bahkan produk pun bahan bakunya di daerah terpelosok, tinggal bagaimana memanfaatkan potensi itu,“ ungkapnya usai memberikan arahan kepada puluhan pemuda pada Pelatihan dan Pembinaan Pelaku Ekonomi Kreatif di aula Hotel Safari Inn Kota Pariaman, Senin (16/11).
Saat ini Kemenparekraf membuat program SCENE (Masterclass Pengembangan Skenario Film TV dan over the top atau OTT). Dalam program tersebut pihaknya mengangkat 20 cerita per daerah di Indonesia untuk difilmkan yang masing-masing film mendapatkan uang Rp25 juta.
“Kegiatan tersebut dibuat guna menarik minat masyarakat setempat untuk membuat film yang mengangkat cerita-cerita di daerah yang selama ini belum terangkat. Untuk di Sumbar kan yang terangkat selama ini cerita tentang Malin Kundang, lalu Siti Nurbaya padahal kan banyak cerita lainnya,” katanya.
Syaifullah yang merupakan Direktur Ekonomi Kreatif, Kemenpar & Ekraf RI itu juga mengatakan, masih banyak pelaku ekonomi kreatif di Pariaman yang rendah diri (minder).
“Banyak juga sih yang dari sini pesimis dan minder. Padahal di Pariaman ini banyak yang bisa dijadikan ide untuk dikembangkan. Banyak konten yang bisa dibuat. Selain itu para pelaku ekonomi kreatif di Pariaman kurang Up date dengan iven yang ada, padahal itu gratis dan hadiahnya luar biasa besar.
“Saya pikir ini soal mindset atau pola pikir saja. Dalam artian, meskipun kita berada di daerah yang jauh dari pusat (Pemerintah Pusat), kalau terkait ekonomi kreatif itu tidak menjadi masalah yang membuat kita tidak bisa bersaing,” terangnya.
Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Andri Wahyono mengatakan ide yang diangkat dalam film tidak saja dapat diambil dari cerita di masyarakat namun juga cerita tentang tokoh-tokoh bersejarah.
“Untuk di Sumbar ada tentang religi Prof. Hamka yang saat ini belum difilmkan secara bagus, lalu ada tokoh lainnya. Banyak tokoh nasional bahkan disegani dunia berasal dari Sumbar yang bagus untuk difilmkan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman Dwi Marhen Yono mengatakan saat ini pihaknya sedang mendorong pemuda untuk membuat video kreatif yang untuk tahap awal membuat lomba video tentang potensi desa dan kelurahan.
“Ada 71 desa dan kelurahan di Pariaman yang mengikutinya, masing-masingnya terdiri dari tiga orang,” ujar dia.
Setelah lomba tersebut, lanjutnya kegiatan akan dilanjutkan dengan membuat vlog yang lokasinya masih di Kota Pariaman. Tujuannya tidak saja untuk menciptakan generasi yang bergerak di bidang ekonomi kreatif yaitu video namun juga dapat mempromosikan pariwisata di Kota Pariaman.
Ia menambahkan perlunya mengangkat terkait kesenian dan kebudayaan sebab faktor terbesar banyaknya kunjungan wisatawan ke suatu daerah bukan karena destinasinya namun kesenian dan kebudayaannnya.(dewi lstari/a/r).
Komentar