Oleh: Wenny Ariesta – Mahasiswa Universitas Perintis Indonesia
Ada pertanyaan klasik yang sering kali muncul dalam benak mahasiswa, mengapa harus repot-repot berpolitik di kampus?, untuk apa membentuk koalisi politik ala mahasiswa?, untuk apa bertarung dan memperebutkan pengaruh dari seluruh kawan-kawan mahasiswa kita?. Tidaklah cukup dengan menggunakan dakwah tanpa harus bermusuhan dengan organisasi lain, katakanlah organisasi DC vs organisasi Marvel.
Dalam hal ini banyak sekali pertanyaan yang perlu diajukan, sebelum kita konsisten dan benar-benar mantap untuk masuk dalam kancah politk kampus. Karena realitasnya banyak mahasiswa yang sudah risih dengan istilah politik. Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut perlu diadakan pembacaan yang komprehensif terhadap realitas kampus dan paragdima gerakan. Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang sangat penting dipahami oleh para mahasiswa. Dengan adanya paragdima dan bacaan yang komprehensif maka strategi dan taktik dalam perjuangan akan mendapatkan arah yang jelas.
Awal mula kita harus memahami mengenai urgensi politik kampus, yang mana hal ini tidak bisa kita pungkiri bahwa kampus merupakan tempat lahirnya cadangan pemimpin masa depan bangsa. Jika mencermati gerakan mahasiswa saat ini ide-ide revolusi sistemis, pemerintahan kaum muda merupakan sebuah tawaran segar yang tentunya memerlukan suatu telaah yang mendalam salah satunya pemerintahan mahasiswa.
Pemerintahan mahasiswa dapat diartikan sebagai pelembagaan kepentingan politik mahasiswa dalam format negara mahasiswa, kalau disederhanakan pemerintahan mahasiswa adalah gerakan mahasiswa yang di lembagakan. Pemerintahan mahasiswa memiliki 5 prinsip dasar yakni moralitas, intelektualitas, politis, independen, dan sejajar.
Gerakan Moral
Sebelum gerakan mahasiswa ini kita kembangkan lebih jauh, agaknya kita harus terlebih dahulu bercermin pada diri kita terlebih dahulu. Gerakan mahasiswa terlepas dari ideologinya, dibesarkan dan dilahirkan oleh mahasiswa itu sendiri yang sedikit banyaknya terpengaruh oleh suasana lingkungan kampusnya dan latar belakang akademis. Dengan kata lain, mahasiswa adalah unsur dari gerakan mahasiswa itu sendiri.
Secara umum masyarakat memandang bahwa mahasiswa sebagai bagian kecil dari komunitas terdidik dinegara ini. Tapi yang menggelikan tidak semua mahasiswa menyadari anugrah yang disandangnya. Sebuah ironi ketika mahasiswa meneriakkan slogan-slogan moralitas tatkala mahasiswa yang lainnya tidak bermoral. Dan jika mahasiswa yang tidak bermoral diberikan kesempatan memegang kendali, apa jadinya politik kampus?
Gerakan Intelektual
Gerakan mahasiswa yang berpower pada gerakan intelektual memang diharapkan menghasilkan rumusan dan solusi konkret permasalahan bangsa sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki. Jika harapan ini terlaksana maka sebuah kebahagiaan bagi masyarakat. Mahasiswa menjadi bagian komunitas yang peduli terhadap rakyat miskin yang tertindas. Dalam hal ini perlu dikembangkannya konsep intelektual dalam diri mahasiswa. Dengan konsep intelektual ini, maka gerakan mahasiswa akan menjadi contoh bagi masyarakat untuk melakukan pencerahan dan penyadaran, namun celakanya konsep ini lebih mementingkan kebutuhan pragmatis. Hasilnya adalah mahasiswa lebih mementingkan dirinya dan membawa dampak keenganan untuk ikut dalam perkumpulan membicarakan masyarakat yang teraniaya, apalagi ikut berpartisipasi dalam berorganisasi aktif.
Gerakan Politik
Sebagai gerakan politik memiliki artian menjalankan fungsi kontrol oposisi terhadap kebijakan, baik dikampus maupun negara, hal ini lebih berarti jika ada jalinan antar gerakan mahasiswa. Sebagai contoh turunnya soeharto dari kekuasaannya sebagai presiden pada tahun 1998 merupakan salah satu contoh betapa kuatnya gerakan mahasiswa tatkala bersatu. Namun pasca lengsernya soeharto, gerakan mahasiswa tidak lagi memiliki kesamaan terutama dalam hal strategi apa yang digunakan dalam melaksanakan agenda reformasi. Untuk mengokohkan peran politik ekstraparlementer, pemerintahan mahasiswa menggunakan strategi, mempengaruhi dan berupaya berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan publik, serta memberikan penilain dan advokasi terhadap pelaksanaan publik.
Bersifat Independen
Independen memiliki arti tidak terpengaruh dalam kepentingan kelompok tertentu khususnya kepentingan diluar mahasiswa itu sendiri. Sejarah orde lama memberikan kita pelajaran bahwa partai politik mempunyai kepentingan dengan menggarap mahasiswa, tidak bisa di pungkiri bahwa ekspresi gerakan mahasiswa adalah ekspresi moral yang berdimensi politik, dan ekspresi politik yang berdasar pada moral dan intelektual. Sebagai gerakan politik yang berbasis moral, gerakan mahasiswa tidaklah berpolitik pragmatis yang berorietasi kekuasaan.
Sejajar dengan pihak manapun
Hal ini adalah sebuah keberanian dari gerakan mahasiswa yang akan menjadi bibit perjuangan. Sehingga dengan pihak manapun gerakan mahasiswa mempunyai hak dan kesempatan yang sama, dalam hal ini tentunya membutuhkan keterlibatan mahasiswa secara luas. Namun apa boleh buat jika ternyata mahasiswa tidak acuh, masa bodoh terhadap kondisi kampusnya. Perlu energi yang besar untuk merubah paradigma berpikir. Sehingga untuk menghadapi pihak-pihak dari luar mahasiswa harus mengatasi kondisi internal mereka sendiri.
Lima prinsip dasar diatas merupakan basic bagi pengembangan pemerintahan mahasiswa dalam kampus, maupun jaringan antar kampus. Dengan adanya proses internalisasi lima prinsip diatas, maka gerakan mahasiswa dengan elemen yang dimilikinya akan menjadi kekuatan tekanan yang efektif terhadap pengambilan keputusan dikampus
Setelah memahami pemerintahan mahasiwa maka perlu juga memahami keuntungan dan strategi pemerintahan mahasiswa. Dalam hal ini perlunya dibentuk pemahaman yang sebenarnya mengenai politik kampus, maka kita perlu mengetahui beberapa keuntungan memasuki arena politik kampus.
Dengan membuat partai kampus dan aktif dalam kegiatan politik kampus, maka ada kesempatan menyuarakan kepentingan kita dan mayoritas mahasiswa konsisten secara tujuan-tujuan yang akan tersampaikan melalui mimbar legislatif. Dengan mendudukan lembaga mahasiswa maka kebijakan kampus dapat kita awasi, dan kontrol bersama.
Mengawali pandangan positif tentang pengelolaan lembaga mahasiswa dengan mengembangkan sikap jujur, amanah, maka mahasiswa konsisten akan benar-benar merasa terwaikili dan diayomi. Untuk memaksimalkan sebuah kemenangan, maka perlu memikirkan strategi yang paling menguntungkan bagi mahasiwa yang ingin terjun ke politik kampus dengan catatan tidak terseret dalam sifat pragmatis. (*)
Komentar