Oleh: Fatridha Yansen, M.Si (dosen prodi Farmasi, Universitas Sumatera Barat)
Saat ini kulit sudah menjadi salah satu bagian tubuh yang paling mendapat perlakuan istimewa. Tidak hanya karena organ ini yang langsung terlihat saat berinteraksi dengan lawan bicara, namun kulit juga merupakan bagian terluas dan terluar dari tubuh manusia yang langsung terpapar oleh lingkungan luar. Sehingga kulit mudah memperlihatkan tanda-tanda penuaan yang jelas dan terlihat.
Penuaan kulit ini dapat diinduksi oleh faktor intrinsik (dalam) dan ekstrinsik (luar). Faktor intrinsik merupakanfaktor dari dalam tubuh manusia yang melibatkan proses fisiologis yang tak terelakan, bisa disebabkan oleh penurunan hormon, stress oksidatif dan mutasi genetik. Sedangkan, faktor ekstrinsik ditimbulkan oleh faktor eksternal seperti polusi udara, merokok, gizi buruk, dan paparan sinar matahari. Proses penuaan ini disertai dengan perubahan fenotipik pada sel-sel kulit serta perubahan struktural dan fungsional dalam komponen matriks ekstraseluler (ECM) seperti kolagen, elastin, dan proteoglikan yang masing-masingnya diperlukan untuk memberikan daya tarik, elastisitas, dan hidrasi pada kulit. Diantara beberapa faktor yang ada, fotoaging merupakan faktor utama penyebab penuaan kulit ekstrinsik, yang berasal dari paparan radiasi ultraviolet (UV) dalam jangka panjang.
Setiap hari, khususnya, bagi masyarakat yang tinggal di daerah tropis sangat berpotensi terpapar oleh sinar UV dari matahari dengan durasi yang cukup panjang. Sinar UV ini merusak morfologi kulit dengan cara mengaktifkan faktor intrinsik seperti reactive oxygen species (ROS) yang memicu aktivasi matrix metalloproeinases (MMPs) dan mendegradasi matriks ekstraseluler (ECM) pada lapisan epidermis dan dermis kulit, sehingga menyebabkan daya tarik, elastisitas dan kelembaban kulit berkurang.
Untuk itu banyak upaya yang dilakukan untuk tetap menjaga kesehatan kulit dan memperlambat proses penuaan. Walaupun proses penuaan pada sel merupakan hal yang pasti, tapi langkah untuk menunda dan menghindari penuaan dini sangat patut untuk dilakukan. Salah satu cara untuk mmperlambat proses aging adalah melalui konsumsi dan pemanfaatan antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang menghambat atau menunda terjadinya oksidasi dan dapat dikelompokkan menjadi antioksidan alami dan antioksidan sintetik (buatan).
Sebagai bahan aktif, maka antioksidan ini berfungsi untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi. Antioksidan terdapat dalam bahan pangan manapun, baik buah-buahan, sayuran, biji-bijian, maupun hewani. Umumnya, antioksidan alami ditemukan pada makanan yang segar dan belum diproses. Jadi, ada baiknya mengkonsumsi sayuran dan buah-buah dalam kondisi segar daripada diolah menjadi masakan tertentu. Penelitian terbaru menujukkan bahwa pangan nabati umumnya memiliki kadar antioksidan yang tinggi dibandingkan pangan hewani dan produk pangan campuran.
Saat ini, penggunaan senyawa aktif tanaman sebagai anti-aging semakin banyak dilirik dan dilakukan. Hal tersebut disebabkan penggunaan antioksidan sintetik untuk pemakaian rutin bersifat karsinogenik terhadap tubuh sehingga penggunaannya harus dibatasi. Saat ini banyak ditemui antioksidan sintetik pada kosmetik seperti Butylated Hydroxy-anisole, Propyl Gallate, Tertiary Butyl Hydroquinone dan Butylated Hydroxy-toluene yang bersifat karsigonenik sehingga penggunaannya secara rutin harus dibatasi. Selain itu, antioksidan eksogen sintetik seperti monoetanolamina, dietanolamina, natrium laureth sulfat, dan trietanolamin, juga memiliki efek samping seperti alergi dan iritasi. Dibandingkan dengan antioksidan sintetik, antioksidan alami ditandai dengan toksisitas yang lebih rendah dan efek kesehatan yang lebih baik. Berbeda halnya dengan antioksidan eksogen alami yang bersifat non-toksik dan tidak menghasilkan efek samping.
Faktor lain peningkatan minat penggunaan antioksidan alami ini juga dipengaruhi oleh kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara dengan aneka ragam sumber daya hayati sehingga ketersediaan sumber antioksidan alami ini berlimpah.
Dalam proses anti-penuaan, kandungan antioksidan tumbuhan, mampu meminimalisir aktivitas radikal bebas dan melindungi kulit dari paparan sinar UV dengan menghambat ekspresi MMPs, suatu enzim yang mampu menurunkan kadar semua jenis komponen bahan extracellular matrix (ECM. Selain itu homeostatis antioksidan dalam tubuh mampu mencegah penuaan kulit melalui inaktivasi ROS yang terbentuk selama paparan sinar UV.
Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa senyawa fitokimia alami yang memberikan hasil efektif dalam menghambat proses penuaan kulit adalah senyawa yang termasuk pada kategori karotenoid, alkaloid, senyawa fenol, senyawa organosulfur dan senyawa organonitro. Tiga jenis senyawa bioaktif yang menghasilkan antioksidan dan efek perlindungan UV adalah senyawa polifenol, flavonoid dan carotenoid. Karotenoid biasa dijumpai pada buah-buahan dan sayuran berwarna merah karena senyawa ini bertanggung jawab pada pigmentasi warna kuning, oranye dan merah; seperti tomat, wortel dan semangka.
Beberapa sumber tanaman yang berdasarkan studi literature terdahulu dinyatakan memiliki antioksidan yang dapat berperan sebagai agen anti-penuaan.
Daun kelor (Moringa oleifera)
Daun kelor memiliki nama latin Moringa oleifera. Di masyarakat, daun kelor biasa diolah menjadi sayuran bening, sayuran santan atau tumisan. Ternyata daun kelor memiliki manfaat yang luar biasa. Berdasarkan penelitian terdahulu dinyatakan bahwa daun kelor mengandung vitamin C (asam askorbat) tujuh kali lebih besar daripada jeruk, vitamin A (retinol) sepuluh kali lebih besar daripada wortel, kalsium tujuh belas kali lebih besar dibanding susu, protein sembilan kali lebih besar daripada yoghurt, kalium lima belas kali lebih besar daripada pisang dan besi dua kali lebih besar daripada bayam. Kandungan asam askorbat, ßkaroten, asam tocopherol, flavonoid, fenolat, karotenoid, derivat asam hidroksinamit, dan flavonoid menyebabkan daun kelor dapat digunakan sebagai sumber bahan alami antioksidan. Aktivitas antioksidan tersebut menyebabkan daun kelor dapat digunakan sebagai antiaging.
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Rosella merupakan tanaman obat yang biasa dijumpai di halaman rumah. Tanaman memiliki khasiat mencegah penuaan dini (anti-aging) karena adanya kandungan antioksidan. Senyawa bioaktif utama pada Rosella yang berperan sebagai antioksidan adalah antosianin, flavonoid, polifenol dan asam askorbat (Vitamin C). Zat antioksidan dalam rosella dapat menangkap reactive oxigen species (ROS) dan radikal bebas, menurunkan oksigen reaktif, metabolism peroksidasi lemak menjadi produk non radikal, dan mencegah generasi radikal bebas.
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka merupakan salah satu jenis tanaman yang buahnya sangat diminati karena memiliki rasa yang manis dan aroma khas. Ternyata tanaman ini juga bermanfaat untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat proses penuaan alami dan paparan matahari yang terlalu lama, karena nangka merupakan kandungan vitamin C yang tinggi. Vitamin C (asam askorbat) juga penting untuk produksi kolagen, memberikan kelembutan dan kekuatan pada kulit. Ekstrak daun nangka telah banyak digunakan dalam pembuatan kosmetik seperti sediaan masker wajah peel-off dan krim tabir surya.
Daftar pustaka
Zhang, Shoubing, and Enkui Duan. (2018). Fighting against Skin Aging : The Way from Bench to Bedside. Cell Transplantation. 27 (5): 729–38
Mora Huertas, Angela C., Christian E.H. Schmelzer, Wolfgang Hoehenwarter, Frank Heyroth, and Andrea Heinz. (2016). Molecular-Level Insights into Aging Processes of Skin Elastin. Biochimie 128–129: 163–73.
Yadav, Tanuja, Shivangi Mishra, Shefali Das, Shikha Aggarwal, and Vibha Rani. (2015). Anticedants and Natural Prevention of Environmental Toxicants Induced Accelerated Aging of Skin. Environmental Toxicology and Pharmacology 39 (1): 384–91.
Zhu, Ming Zhi, Wei Wu, Li Li Jiao, Ping Fang Yang, and Ming Quan Guo. (2015). Analysis of Flavonoids in Lotus (Nelumbo Nucifera) Leaves and Their Antioxidant Activity Using Macroporous Resin Chromatography Coupled with LC-MS/MS and Antioxidant Biochemical Assays.” Molecules 20 (6): 10553–65.
Lee, Kyung Eun, Shiv Bharadwaj, and Umesh Yadava. (2020). Computational and In Vitro Investigation of ( – ) -Epicatechin and Proanthocyanidin B2 as Inhibitors of Human Matrix Metalloproteinase 1. Biomolecules (10) :1379
Mekjaruskul, Catheleeya, Supakanya Kumkarnjana, Niramai Fangkrathok, Worapol Kengkittipat, and Nuttawut Sirichat. (2021). Potential Cosmeceutical Applications and Evaluation of Human Skin Irritation of Tagetes Erecta L. Flower Extract. Pharmacognosy Research 13 (4): 199–207.
Silvia, D. et al. (2016) ‘Pengumpulan Data Base Sumber Antioksidan Alami’, Surya Octagon Interdisciplinary Journal of Technology, 1(2), pp. 181–198.
Kole, Prashant L, Hemant R Jadhav, Prasad Thakurdesai, Anantha Naik Nagappa, Nagkeshara Mesua, Padmaka Prunus, Manjistha Rubia, et al. (2005). Cosmetics Potential of Herbal Extracts. Natural Product Radiance 4: 315–21.
Issn, Information Sciences. (2014). Baskar V • Jayalakshmi C • Pavithra N • Veronica Grite S Validating Therapeutically Active Phytochemical Compounds for Anti-Ageing by in Silico Pharmacokinetic Approach. Journal of Biological Sciences. 3: 1–7.
Komentar