Daerah

Redist Merah Sabet Juara Selaju Sampan HJK Padang 2025, Tradisi Batang Arau kembali Hidup

Padang – Semangat ribuan warga Padang tumpah ruah di tepian Sungai Batang Arau pada Minggu (10/8), meski langit menurunkan hujan deras sejak pagi. Deru suara drum, teriakan dukungan, dan gemericik air yang terpecah dayung para atlet Selaju Sampan berpadu menciptakan euforia khas perayaan Hari Jadi Kota (HJK) Padang.

Di tengah cuaca yang tak bersahabat, Tim Redist Merah berhasil keluar sebagai juara pertama Lomba Selaju Sampan Piala Wali Kota Cup Sarangkua 2025, mengungguli lawannya, Putra Dayuang Palinggam, dalam laga final yang menegangkan.

Pembukaan Meriah, Hujan Tak Jadi Penghalang

Lomba Selaju Sampan tahun ini dibuka secara resmi oleh Wali Kota Padang Fadly Amran pada Kamis (7/8) di Seberang Palinggam, kawasan Sungai Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan.
Acara pembukaan diwarnai pemukulan gendang tabuh bersama, diikuti Wakil Wali Kota Maigus Nasir, Ketua Panitia HJK ke-356 Didi Aryadi, Ketua GOW Ny. Sri Hayati Maigus Nasir, serta jajaran Forkopimda.

Fadly menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar perlombaan, melainkan wujud pelestarian tradisi masyarakat pesisir yang sudah berlangsung puluhan tahun.

“Alhamdulillah, kita bisa mengadakan kegiatan ini kembali sebagai cerminan kekuatan tradisi Sumatera Barat, khususnya di Kota Padang. Ini komitmen kami bahwa setiap tahun akan selalu mengadakan Lomba Selaju Sampan di Seberang Palinggam,” kata Fadly.

Fadly Amran.

Ia juga mengajak masyarakat untuk menjaga ketertiban dan kebersihan selama acara berlangsung, demi mendukung perkembangan pariwisata Kota Padang.

“Festival Selaju Sampan ini harus menjadi daya tarik wisata, sekaligus ruang silaturahmi warga,” pungkasnya.

Tradisi Sungai yang Menyatukan

Selaju Sampan merupakan olahraga tradisional khas pesisir Sumatera Barat, di mana perahu panjang berawak puluhan pendayung berlomba mencapai garis finis dengan kekompakan penuh.

Di Kota Padang, lomba ini lekat dengan kawasan Batang Arau, sebuah sungai bersejarah yang sejak era kolonial menjadi jalur perdagangan dan transportasi.

Kini, setiap perayaan HJK Padang, Batang Arau disulap menjadi arena pacu yang memikat. Warga dari berbagai usia tumpah ke tepian sungai untuk menyaksikan adu cepat di atas air, lengkap dengan iringan musik tradisional dan teriakan penyemangat.

Penonton Tetap Antusias Meski Basah Kuyup

Sejak siang, hujan deras mengguyur kawasan perlombaan. Namun, warga tetap setia berdiri di tepi sungai, sebagian membawa payung, sebagian lagi membiarkan diri basah kuyup demi tak melewatkan momen.

Annisa, penonton asal Padang Selatan, mengaku Selaju Sampan selalu punya magnet tersendiri.

“Selaju Sampan selalu dinanti. Keakraban menyatukan kita di kawasan Batang Arau yang kaya nilai sejarah,” ujarnya sambil tersenyum di bawah jas hujan tipis.

Alfiwi, penonton lainnya, datang bersama teman-temannya.

“Kemarin saya juga menyaksikan pawai telong-telong dan karnaval. HJK tahun ini benar-benar meriah,” tuturnya.

Tak hanya fokus pada perlombaan, suasana semakin semarak dengan hiburan musik Minang. Lagu “Dayuang Palinggam” menjadi pembakar semangat, membuat sebagian warga ikut bergoyang di bawah hujan.

Final Dramatis: Kecepatan, Ritme, dan Kerja Sama

Pertandingan puncak mempertemukan dua tim tangguh: Redist Merah dan Putra Dayuang Palinggam. Dari aba-aba start, kedua tim langsung melesat. Kayuhan cepat dan ritmis memecah permukaan air, menciptakan gelombang yang berkejaran menuju garis finis.

Redist Merah tampil dominan, menjaga ritme dan memanfaatkan tenaga secara efisien. Sorakan penonton semakin memuncak saat perahu mereka mulai memimpin di pertengahan lintasan. Hingga akhirnya, Redist Merah melintasi garis finis terlebih dahulu, disambut teriakan gembira ribuan pasang mata.

Diki Febrianda, salah satu pendayung Redist Merah, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.

“Dari awal target kami memang juara. Semangat dan kekompakan menjadi kunci. Dalam satu tim ada sekitar 20 orang, semua siap kapan saja diturunkan,” ujarnya.

Latihan Panjang yang Terbayar Lunas

Owner Tim Redist, Helsi Yasin, mengatakan kemenangan ini hasil kerja keras dan persiapan yang panjang.

“Redist Merah juara I, Redist Putih posisi keempat. Latihan sudah dimulai jauh-jauh hari, bukan hanya soal teknik mendayung, tapi juga membangun kekompakan dan kepercayaan satu sama lain,” jelasnya.

Menurut Helsi, Selaju Sampan bukan sekadar olahraga fisik.

“Ini tentang bagaimana menjaga ritme, membaca arus air, dan percaya pada rekan satu tim,” katanya.

Ia berharap prestasi ini bisa memicu minat generasi muda untuk ikut terlibat.

“Selain memacu adrenalin, Selaju Sampan adalah identitas budaya kita. Saya ingin anak-anak muda melihat bahwa olahraga ini keren dan membanggakan,” tutupnya.

Lebih dari Sekadar Lomba

Bagi warga Padang, Selaju Sampan bukan hanya kompetisi memperebutkan piala. Ia adalah ruang berkumpul, ajang silaturahmi, dan simbol persatuan.
Di tengah modernisasi, kehadiran lomba ini menjadi pengingat bahwa tradisi dapat tetap hidup dan bahkan menjadi magnet pariwisata yang menggerakkan ekonomi lokal.

Dengan suksesnya gelaran tahun ini, harapan pun mengalir agar Selaju Sampan terus digelar setiap HJK, membawa semangat Batang Arau ke generasi mendatang.(***)