Lintassumbar.co.id – Kota Pariaman dikenal memiliki beragam makanan tradisional yang enak. Makanan tersebut hingga kini masih bisa dijumpai di kota Pariaman. Seperti salah satunya adalah “Serabi atau yang sering disebut Sambareh”.
Jenis kudapan ini merupakan salah satu jenis makanan tradisional yang masih banyak dijual di Kota Pariaman. Seperti di jalan SM. Abidin Kelurahan Pasir Kecamatan Pariaman Tengah, makanan tradisional ini masih bisa didapatkan setiap harinya. Serabi ini menjadi sarapan pagi oleh masyarakat Pariaman. Selain itu makanan ini juga menjadi oleh-oleh keluarga bagi tamu yang datang berkunjung ke Kota Pariaman. Ita, nama penjual Sambareh ini mengaku sudah puluhan tahun berjualan Sambareh. Meskipun dengan kondisi stroke yang telah diidapnya selama delapan tahun terakhir, tidak membuatnya berhenti berjualan demi membantu ekonomi keluarganya. “Sudah lama sekali saya jualan ini, alhamdulillah peminatnya tetap banyak,” ujar wanita berusia 47 tahun ini. Ita menuturkan jualan serabi ini merupakan usaha jeluarganya yang dijalani secara turun temurun dari nenek dan ibunya. “Dalam sehari biasanya saya bisa membuat adonan serabi dan sumbareh ini sekitar lima sampai enam kilogram, tapi sekarang karena dalam kondisi pandemi covid-19 adonan yang saya buat berkurang menjadi tiga sampai empat kilogram,” terang ibu tiga orang anak ini. Ita menjelaskan, untuk adonan serabi dan sumbareh, ia bertugas untuk merendang tepung berasnya saja, karena keterbatasan beliau dalam melakukan gerakan dengan kondisi stroke yang dideritanya, sedangkan untuk mengaduk adonannya dilakukan oleh suaminya. “Setelah semua bahan adonan selesai, suami dan anak menolong saya untuk meletakannya di pondok ini, dan setelah itu barulah saya yang memasaknya sambil menunggui pembeli,” ujarnya. Selain rasanya yang enak, harga sambareh juga sangat terjangkau. “Harga sambareh dua ribu rupiah, dan untuk satu buah serabi saya jual dua ribu lima ratus rupiah saja,” ungkap Ita. Ita menjelaskan, beda serabi dan sumbareh adalah dari adonannya. Kalau untuk serabi adonan tepungnya agak encer dan dikasih toping gula merah diatasnya, sedangkan sumbareh adonan tepungnya agak kental dan nantinya akan dihidangkan dengan siraman kuah yang terbuat dari gula merah. Ita mengatakan hasil jualan sambareh mampu menghidupi ia sekeluarga. “Alhamdulillah walaupun masih dalam keadaan pandemi covid-19, saya masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga, ditambah lagi dengan penghasilan suami yang didapatnya dari berjualan mainan, minuman, dan rokok, secara keliling, walaupun menjualkan dagangan orang lain,” pungkasnya. (Desi)
Komentar