Oleh: Sidi Sadri Chaniago – Wakil Ketua KAN IV Angkek Padusunan/Dosen Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas
Kerapatan Adat Nagari (KAN) IV Angkek Padusunan merupakan lembaga tertinggi masyarakat adat di Nagari IV Angkek Padusunan “Padusunan Nan Ampek Kampuang, dan Tigo Jurai”, yang menaungi masyarakat adat di 7 wilayah Pemerintahan Desa, yaitu: Kampuang Gadang, Talago Sariak, Pakasai, Kampuang Baru Padusunan, Bato, Koto Marapak, dan Batang Kabuang.
Apabila dirunut sejarah keberadaan lembaga otonom masyarakat adat ini, KAN IV Angkek Padusunan pernah mengalami fase “tidur panjang” semenjak ditukarnya sistem pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa, dengan diterapkannya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa.
Dengan demikian, KAN sebagai salah satu “aktor” utama dalam pemerintahan nagari “saisuak”, yang memiliki kewenangan “politik” sebagai lembaga Legislatif dan Yudikatif, telah dikerdilkan fungsinya semata mata menjadi lembaga “sosial budaya” saja. Pada masa “tidur panjangnya” pada era tahun 1980-an tersebut, KAN IV Angkek Padusunan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dengan sedaya upaya tetap dijalankan oleh Alm. Azwar Dt. Rangkayo Hitam, dengan kondisi insidentil dan seadanya.
Kemudian, atas inisiatif dari beberapa orang tokoh masyarakat adat di Salingka IV Angkek Padusunan, pada tahun 2011 KAN IV Angkek Padusunan ditata kembali dengan melakukan pembentukan dan pengisian kepengurusan baru. Beberapa orang tokoh kunci yang namanya patut disebut dan diapresiasi karena telah berhasil bersusah payah “membangunkan” dan menata kembali KAN IV Angkek Padusunan dari “tidur panjangnya” ini adalah: Alm. Syamsir Alam, Alm. Aidi Eka Putra Dt. Parpatiah, dan Drs. Admiral, serta beberapa nama lainnya yang terlalu panjang daftarnya jika disebutkan satu persatu.
Kepengurusan KAN periode 2011-2016 ini dikukuhkan oleh Bapak Mukhlis Rahman Dt. Bandaro Basa (Ketua LKAAM Kota Pariaman, yang juga merupakan Walikota Pariaman), pada tanggal 7 Februari 2011 di Kantor Kepala Desa Talago Sariak. Sebagai ketuanya adalah: Amir Hosen Dt. Bandaro Putiah, sedangkan sekretarisnya adalah Alm. Dr. Irdas Raja, M.Ag. Kepengurusan pada periode ini dapat disebut sebagai “periode pertama” pasca penataan kembali KAN IV Angkek Padusunan secara kelembagaan.
Menjelang berakhirnya kepengurusan KAN IV Angkek Padusunan periode 2011-2016, pada tanggal 15 Desember 2016 dilakukan Rapat Pembentukan Kepengurusan KAN IV Angkek Padusunan untuk Periode 2017-2021, bertempat di Mesjid Raya Padusunan. Kepengurusan KAN periode ini dikukuhkan (Pati Ambalau) di Kantor KAN IV Angkek Padusunan, Desa Talago Sarik, pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2017, yang dikukuhkan oleh: Bapak Drs. Syamwir Ali, M,Si dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua LKAAM Kota Pariaman ketika itu. Kepengurusan periode 2017-2021 tersebut dipimpin oleh Amir Hosen Dt. Bandaro Putiah sebagai ketua, Sekretaris: Syahminal, SE, MM, dan Bendahara: Syafril Sjahnuddin, SE.
Dalam pengukuhan kepengurusan KAN ketika itu juga sekaligus diresmikan pemakaian Kantor KAN IV Angkek Padusunan, yang dibangun melalui dana APBD Kota Pariaman, yang diresmikan pemakaianya oleh Bapak Lanefi (Asisten III Setdako Pariaman). Kepengurusan KAN pada periode ini dapat disebut sebagai “periode ke-dua” pasca penataan kembali KAN IV Angkek Padusunan secara kelembagaan.
Sedangkan Kepengurusan KAN IV Angkek Padusunan “Periode” ketiga, yang dikukuhkan di Komplek Masjid Raya Padusunan pada hari Senin tanggal 17 Januari 2022, merupakan hasil dari proses panjang yang diawali dengan kegiatan pemilihan Ketua KAN pada hari Ahad (Minggu) tanggal 29 Agustus 2021, bertempat di Kantor KAN IV Angkek Padusunan, di Desa Talago Sariak. Dengan kerja keras panitia pemilihan, maka akhirnya berhasil disusun kepengurusan di bawah kepemimpinan: H. Murdi Dt. Mangkudun Sati (Ketua), dan Syahminal, SE,MM (Sekretaris), Sjafril Sjahnuddin (Bendahara).
Agar kepengurusan KAN yang baru terbentuk ini memiliki status “masuak bapalacuik, kalua bapahalau, lakek hitam di ateh nan putiah”, agar “siang bak nyo hari, tarang nan bak nyo bulan, basuluah jo matohari, bagalanggang di mato nan rami” maka dilakukanlah kegiatan “Pengukuhan (Pati Ambalau) kepengurusan Kerapatan Adat Nagari (KAN) IV Angkek Padusunan Periode 2022-2027, yang dikukuhkan oleh Ketua LKAAM Kota Pariaman/ Walikota Pariaman: Dr. Genius Umar, S.Sos, M.Si, Rangkayo Rajo Gandam.
Apa yang harus dilakukan ke depan ?
Dalam konteks kehidupan bernagari di Kota Pariaman, Perda Kota Pariaman No. 12 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kota Pariaman (Khusunya pada Bab IV pasal 23 tentang Lembaga Adat), menegaskan bahwa Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan lembaga adat yang mempunyai tugas membina dan melestarikan budaya dan adat istiadat, serta hubungan antar tokoh adat dengan pemerintah Desa dan Lurah.
Sebagai lembaga yang berfungsi sebagai forum tertinggi masyarakat adat, KAN memiliki fungsi: Pertama, memberdayakan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan kebiasaan kebiasaan msyarakat. Kedua, Menampung dan menyalurkan pendapat atau aspirasi masyarakat kepada pemerintah Desa, serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat, adat istiadat dan kebiasan masyarakat. Ketiga, Menciptaan hubungan yang demokratis dan harmonis serta objektif antara pemangku adat atau pemuka adat dengan aparat Pemerintah Desa.
Dalam kehidupan masyarakat adat di salingka Nagari IV Angkek Padusunan, KAN harus mampu menunjukan eksistensinya untuk melakukan revitalisasi (lapuak lapuak dikajangi, usang usang dipabarui), berupa pembinaan dan pelestariaan budaya dan adat istiadat, serta hubungan antar tokoh adat dengan pemerintah Desa. KAN IV Angkek Padusunan harus mampu menterjemahkan fungsi KAN yang bersifat “generalis” sebagaimana diatur oleh Perda Kota Pariaman di atas, menjadi lebih “spesialis”, sesuai dengan tuntutan realitas yang terjadi di tengah tengah masyarakat.
Untuk melaksanakan fungsi KAN dalam pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan kebiasaan kebiasaan masyarakat, kiranya tindakan kongkrit yang mesti dilakukan oleh KAN IV Angkek Padusunan ke depan adalah:
Pertama, Melakukan penguatan prinsip dasar dan singkronisasi tata laksana adat dan limbago di Nagari IV Angkek Padusunan, yang bersifat adaik nan babuhua sentak, sesuai dengan kebutuhan dan dinamika sosial kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan bunyi ungkapan: Jikok ibo diadat ka tagiliang, turuikkan putaran roda, yang artinya: agar kebudayaan asli jangan sampai hilang, maka aturan adat istiadat harus menyesuaikan diri dengan kemajuan dan perubahan zaman. Sakali aia gadang, sakali tapian barubah. Zaman baraliah, musim baganti. Sungguahpun baraliah, namun di sinan juo. Buliah kito Bapaliang, tapi di tanah nan sabingkah, buliah bakisa di lapiak nan sahalai.
Segala upaya penataan tata laksana adat dan limbago ini tentu saja harus tetap berada dalam kerangka adat sabatang panjang, harus mengacu kepada Undang adat, barih balabeh, cupak jo Gantang, Alua jo Patuik, dan ketentuan adat salingka nagari di IV Angkek Padusunan. Dengan demikian, maka baru-lah sesuai dengan ungkapan yang berbunyi: adat dipakai lamo lamo baru, baju dipakai lamo lamo usang.
Agar memiliki kekuatan hukum tetap, jikok dicaliak tampak, diawai taraso, basuluah ka matohari, bagalanggang di mato nan rami, maka penguatan tata laksana adat dan limbago tersebut harus dituangkan ke dalam Peraturan KAN yang dihasilkan melalui mekanisme musyawarah dan mufakat, duduak baiyo, tagak bamolah, dengan segenap unsur pemangku adat dan stakeholder terkait.
Jika penguatan prinsip dasar dan singkronisasi tata laksana adat dan limbago ini sudah memiliki kekuatan hukum tetap, maka masuak lah bapalacuik, kalua lah bapahalau, lah lakek hitam di ateh nan putiah, lah dipakukan di tiang panjang. Jikok batali lah dapek diirik, jikok batampuk lah dapek dijinjiang. Dengan demikian akan berlaku kaidah; sia nan manyuruik bungkuik, sia nan malompek patah. Tentu saja, jikok tibo di dado indak dibusuangkan, jikok tibo di paruik indak bakampihkan. Mesti di tangah tangah talatak tulang pungguang !
Kedua, Melakukan optimalisasi peran KAN IV Angkek Padusunan sebagai lembaga pucuak bulek adat yang otonom, dan perwujudan permusyawaratan perwakilan tertinggi masyarakat adat di salingka Nagari IV Angkek Padusunan. KAN berkewajiban melakukan singkronisasi, koordinasi, dan pembinaan mengenai tugas pokok dan fungsi, serta penguatan pemahaman tentang falsafah Adat Minangkabau dan ketentuan adat salingka nagari terhadap para perangkat adat di Desa/Kampuang (perangkat sasampiang Mamak Adat), yang merupakan urek sarabuik dari KAN sebagai tiang panjang dan pucuak bulek Adat di Nagari. Hendaknya hubungan antara KAN dengan perangkat sasampiang Mamak di desa bersifat: saciok bak ayam, sadanciang bak basi, jikok senteang dibilai, jikok lamah ditawua, jikok kurang ditukuak, jikok sasek diimbau.
Ketiga, sudah dipandang perlu menyusunan buku tentang Adat Salingka Nagari IV Angkek Padusunan, yang memuat tentang sejarah asal usul, struktur adat limbago, suku dan isi nagari, serta tata cara adat istiadatnya. Hal ini bertujuan agar sabarih jan lupo, satitiak indak hilang, jan hilang jajak ayam dek jajak itiak, jan sampai jalan dialiah urang lalu, cupak dituka dek rang panggaleh.
Kemudian, untuk melaksanakan fungsi KAN sebagai penampung dan penyalur pendapat atau aspirasi masyarakat kepada pemerintah Desa, serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat, adat istiadat dan kebiasan masyarakat, maka KAN IV Angkek Padusunan harus hadir dalam menyelesaikan berbagai bentuk ketidak-harmonisan hubungan yang terjadi di kalangan internal Ninik Mamak Desa, maupun antara Ninik Mamak Desa dengan Pemerintah Desa.
KAN IV Angkek Padusunan harus mengoptimalkan posisinya sebagai pucuak bulek, Biang tabuak, Gantiang putuih, pusek jalo pumpunan ikan adat di Nagari, nan ka manyalasaikan nan kusuik, nan mampajaniah nan karuah, dalam ranah adat istiadat dan sosial budaya di nagari, yang tentu saja dengan mekanisme ataupun prosedur adat bajanjang naiak, adat batanggo turun.
Sedangkan untuk melaksanakan fungsi KAN dalam menciptaan hubungan yang demokratis dan harmonis serta objektif antara pemangku adat atau pemuka adat dengan aparat Pemerintah Desa, maka perlu ada upaya untuk memperkuat kesepahaman dalam hubungan antara KAN dengan Kepala Desa di selingkung Nagari IV Angkek Padusunan, yaitu hubungan yang bersifat koordinatif dan konsultatif.
Masing masing pihak harus menyadari posisi dan ranah kewenangan masing masing, dan saling menghormati posisi dan kewenangan tersebut. Jikok sawah lah bapamatang, jikok ladang lah babintalak, jikok rimbo lah baanjiluang. Gadang buayo di muaro, gadang garundang di kubangan. Masing masing pihak memiliki wilayah “kagadangan” yang berbeda, sehingga harus saling hormat menghormati wilayah “kagadangan” masing masing. Dengan melakukan koordinasi dan konsultasi yang intens di antara kedua belah pihak, maka insyaallah akan terwujud pola hubungan: bak cando aua jo tabiang, sanda manyanda kaduonyo.
Selain itu, KAN IV Angkek Padusunan juga perlu memaksimalkan komunikasi dan hubungan konsultatif serta koordinatif dengan LKAAM Kota Pariaman dan Pemerintah Kota Pariaman, terkait dengan kepentingan masyarakat adat salingka IV Angkek Padusunan, seperti halnya mengenai hak Nagari IV Angkek Padusunan dan tiga nagari lainnya dalam hal “jatah” kepemilikan petak toko di Pasar Pariaman, dan lain lain.
Namun, yang paling penting dari semua hal yang telah dipaparkan di atas adalah: KAN IV Angkek Padusunan harus mampu menjadi “pionir” dalam mengimplementasikan adagium “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi kitabullah”, agar tidak hanya menjadi sebatas jargon politik ataupun pemanis kata dalam perundiangan dan persembahan kata.
Adagium ini harus terlihat jajak bak bakiak, suriah bak sipasin-nya di dalam praktek kehidupan masyarakat adat di salingka IV Angkek Padusunan. Oleh karena itu, singkronisasi antara KAN selaku lembaga adat nagari dengan Mesjid Raya Padusunan sebagai perlambang syarak, perlu lebih ditingkatkan lagi.
Akhirnya, penulis ingin mengajak dan mengimbau seluruh pengurus KAN yang telah dikukuhkan, dengan penuh kesadaran hendaknya mengemban amanah baban barek basingguluang batu ini dengan baik, manjujuang jo kapalo, mananai jo bahu. Janji ditapati, ikara ditaguahi !
Semoga kepengurusan KAN IV Angkek Padusunan periode 2022-2027 mampu melaksanakan tugas dan fungsi KAN dengan efektif dan bermartabat, di tengah tengah berbagai perubahan sosial dan budaya serta tantangan zaman. Amin YRA.