Lintassumbar.co.id – Pemerintah Kota Pariaman berkomitmen menekan angka prevalensi stunting di Kota Pariaman. Salah satu upaya untuk menekan angka stunting tersebut ditunjukkan melalui penyuluhan terhadap pasangan usia subur (PUS). Penyuluhan dilaksanakan di Balairung Pendopo Walikota Pariaman, Selasa (28/9).
Ketua TP PKK Kota Pariaman Lucy Genius mengatakan penyuluhan sangat penting dilaksanakan untuk pencegahan angka stunting di Kota Pariaman.
“Sesuai dengan hasil Survei Status Gizi Indonesia (Ssgi) Tahun2021 angka prevalensi kasus stunting di Kota Pariaman adalah 20,3%. Di bawah angka prevalensi stunting Provinsi Sumatera Barat, yaitu 23,5%. Berdasarkan Instruksi Presiden,bahwa pada tahun 2024 angka prevalensi stunting harus menyentuh angka 14%. Oleh karena itu, sisa waktu lebih kurang 2 tahun, perlu sekali kerja yang ekstra untuk bisa dilakukan 3 percepatan penurunan stunting, salah satunya dengan memberikan penyuluhan terhadap PUS,” ungkapnya.
Dalam penyelenggaraan percepatan penurunan stunting, telah dibentuk tim berdasarkan SK Walikota Pariaman, yang bertugas untuk mengkoordinasikan,mensinergikan dan mengevaluasi penyelenggaraan 4 percepatan penurunan stunting secara efektif, konvergen dan terintegrasi dengan melibatkan lintas sektor di setiap tingkatan wilayah.
“Pada kesempatan ini, kita juga memberikan pengetahuan kepada pasangan usia subur bahwa PKK merupakan mitra Pemko Pariaman yang akan selalu membantu terlaksananya program – Program Pemko Pariaman melalui para kader yang akan langsung berhadapan dengan masyarakat. Para kader akan selalu melakukan pemantauan terhadap PUS dan ibu hamil agar bisa melahirkan anak – anak yang sehat,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Pariaman Gusniyeti Zaunit mengatakan kegiatan ini dilaksanan bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan seputar stunting kepada pasangan usia subur.
“Kegiatan ini dilaksanakan sekaligus untuk melakukan pembinaan terhadap pasangan usia subur dalam rangka merencanakan keluarga berkualitas untuk pencegahan stunting. Kita memberikan pemahan agar PUS untuk menghindari 4 T, yaitu terlalu tua saat melahirkan, terlalu muda saat mempunyai anak , terlalu banyak memiliki anak dan terlalu dekat jarak anak sehingga kondisi ini memicu tidak terpenuhinya gizi baik yang berdampak akan pertumbuhan anak,” ungkapnya.
Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 HPK. Pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan pada ibu hamil perlu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya stunting. Stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki.
“Kita berharap tidak adanya kasus stunting yang ditemui di Kota Pariaman. Dengan budaya gotong royong dan bantuan dari keluarga untuk bisa melaporkan kepada Pemko Pariaman melalui bidan desa apabila menemui tetangga atau warga sekitar yang memiliki ekonomi lemah dan sedang hamil agar mendapatkan pemantauan dan perhatian khusus dari Pemko Pariaman,” tutupnya.(dewi lestari)