Daerah

Ratusan Hektar Sawah di Limapuluh Kota Terancam Gagal Panen

Limapuluh Kota – Musim kemarau yang terus berkepanjangan mulai memberikan dampak nyata bagi sektor pertanian di Kabupaten Limapuluh Kota. Di Nagari Balai Panjang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, kondisi lahan pertanian warga kian mengkhawatirkan.

Sedikitnya 488 hektar sawah terdampak kekeringan. Dari total itu, sekitar 165 hektar lahan padi dan jagung diperkirakan mengalami puso atau gagal panen total.

Menurut Wali Nagari Balai Panjang, Idris, kekeringan ini sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir. Minimnya curah hujan serta debit air irigasi yang terus menurun membuat banyak petani tidak mampu mengairi lahan mereka.

“Dampaknya mungkin akan terjadi kegagalan panen. Dari total 488 hektar, sekitar 165 hektar sudah tidak bisa dialiri air. Rata-rata ditanami padi dan jagung. Irigasi yang biasa diandalkan sekarang airnya sangat minim,” jelas Idris saat ditemui di lokasi persawahan.

Kerugian akibat kondisi ini diperkirakan mencapai 825 ton gabah kering, jumlah yang cukup besar dan tentunya memukul penghasilan petani di wilayah tersebut.

Kekhawatiran juga muncul akan kemungkinan meluasnya dampak kekeringan ke wilayah lain di Kabupaten Limapuluh Kota, jika hujan tak kunjung turun dalam waktu dekat.

Pemerintah nagari bersama pihak kecamatan telah melaporkan kondisi ini kepada dinas terkait. Petani pun berharap ada bantuan nyata dalam bentuk pompa air, penyuluhan, atau bantuan pertanian lainnya untuk mencegah kerugian yang lebih besar.

Kondisi Sawah Kian Kritis

Pantauan di lapangan menunjukkan tanah-tanah sawah yang retak dan tanaman padi yang mulai menguning meski masih berusia muda. Banyak petani memilih menunggu dan berharap turun hujan, sementara sebagian lainnya mulai membersihkan lahan untuk persiapan musim tanam berikutnya jika air tersedia.

Musim kemarau memang rutin terjadi, namun perubahan iklim beberapa tahun terakhir membuat pola cuaca semakin sulit diprediksi. Petani kini dituntut untuk lebih siap menghadapi kondisi ekstrem seperti ini dengan pola tanam yang adaptif.(***)