Bukittinggi – Seekor anak harimau Sumatera yang lahir pada 24 Juni 2025 di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi dilaporkan mati. Anak harimau ini merupakan hasil pasangan indukan jantan Bujang Mandeh dan betina Yani.
Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar membenarkan kabar tersebut. Anak harimau diketahui dalam kondisi lemah sejak lahir dan tidak menunjukkan perilaku menyusu pada induknya.
“Anak harimau Sumatera dari induk bernama Yani, kemudian jantannya bernama Bujang Mandeh, lahir pada tanggal 24 Juni 2025. Kami sudah mendapat laporan dari petugas kami dan dari manajemen TMSBK. Kami nyatakan bahwa benar ada anak harimau yang baru dilahirkan oleh induknya meninggal,” ujar Khairi Ramadhan, Kepala Bagian TU BKSDA Sumbar, dalam keterangannya, Rabu (3/7/2025).
Menurut Khairi, sejak awal sang induk memang tidak menyusui anaknya. Hal ini turut memperburuk kondisi si anak harimau yang rentan.
“Awalnya induknya memang tidak mau menyusui anaknya itu, begitu juga anaknya tidak disusui sekian jam. Sudah diusahakan untuk memberikan susu bantu, tapi ternyata tidak sepenuhnya bisa sesuai dengan harapan kita tentang keberlanjutan hidup anak harimau ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, Khairi mengungkapkan bahwa induk betina, Yani, sebelumnya juga mengalami dua kali kegagalan dalam mengasuh anaknya.
“Data yang kita baca, Yani sudah pernah melahirkan di Agustus 2024 dan Februari 2025. Dua kali melahirkan belum berhasil Yani ini mengasuh anaknya sampai bisa eksis,” tambahnya.
Kematian anak harimau ini menambah tantangan besar dalam upaya pelestarian Harimau Sumatera, salah satu spesies kucing besar yang kritis populasinya di Indonesia.
Pihak TMSBK dan BKSDA menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penanganan satwa dilindungi, khususnya dalam mendukung keberhasilan reproduksi di penangkaran.(***)