Padang – Persahabatan panjang antara Kota Padang dan Kota Hildesheim, Jerman, terus terjalin hangat. Hubungan dua kota kembar (sister city) yang dimulai sejak 1988 itu kembali dirayakan dalam acara Indonesischen Abends atau Malam Indonesia di Gedung Balai Kota (Rathaus) Hildesheim, Jerman Utara, pada Kamis (30/10/2025).
Acara ini digagas oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hamburg bersama Pemerintah Kota Hildesheim dan komunitas diaspora Indonesia. Tujuannya: mempererat kolaborasi dan memperingati kemitraan panjang antara Padang dan Hildesheim.
Kepala Bagian Kerjasama Setdako Padang, Otto Sarbi Damanik, membenarkan hal tersebut. Ia menyebut acara dibuka dengan pameran fotografi karya Michell Rohmann, seorang ahli lingkungan yang pernah terlibat dalam proyek pengelolaan sampah di Padang pada 2021–2022.
“Rohmann juga memaparkan hasil dan dampak proyek yang telah dijalankan bersama Pemerintah Kota Padang,” ujar Damanik, Minggu (2/11).
Tak hanya itu, pameran juga menampilkan karya mahasiswa Indonesia dari organisasi Sagonese e.V.. Melalui riset visual, mereka mengangkat tema sosial dan ekologis seputar perubahan iklim dan tsunami di Kepulauan Mentawai.
Suasana semakin meriah saat berbagai penampilan seni tradisional dari Sumatera Barat dipentaskan. Tari Rampak dan Tari Piring memukau penonton dengan gerak energik dan makna filosofisnya. Sementara itu, grup musik Indonesia membawakan lagu-lagu daerah seperti Malam Baiko dan Ayam Den Lapeh, menghadirkan nuansa nostalgia di tengah warga Jerman.
Wali Kota Hildesheim, Ingo Meyer, mengapresiasi hubungan erat yang sudah terjalin selama puluhan tahun. Ia bahkan berencana berkunjung ke Padang tahun depan.
“Saya akan memenuhi undangan Wali Kota Padang dan datang ke sana pada 2026,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Konjen RI Hamburg Renata Siagian serta Wali Kota Padang Fadly Amran turut memberikan sambutan lewat video. Keduanya berharap kerja sama Padang–Hildesheim bisa diperluas ke bidang lain seperti investasi dan ketenagakerjaan.
“Malam Indonesia” di Hildesheim menjadi simbol persahabatan lintas budaya dan generasi—sebuah perayaan yang menunjukkan bahwa kerja sama antar kota kembar tak hanya soal pemerintahan, tapi juga tentang semangat gotong royong, seni, dan saling pengertian antar masyarakat.(***)













