image:antarasumbar.com
Pariaman, – Prosesi “Maarak Saroban” dalam
rangkaian Pesta Budaya Tabuik yang dihelat Pemerintah Kota Pariaman,
Sumatera Barat berlangsung ricuh pada Kamis malam.
rangkaian Pesta Budaya Tabuik yang dihelat Pemerintah Kota Pariaman,
Sumatera Barat berlangsung ricuh pada Kamis malam.
“Prosesi Maarak Saroban memang cenderung diwarnai aksi ricuh antara
kedua kubu anak tabuik yaitu Pasa dan Subarang,” kata salah seorang Tuo
atau tokoh tabuik Pariaman Nasrun Jon (75) di Pariaman.
Ia mengatakan kericuhan pada prosesi tersebut karena kedua belah pihak
bertemu di persimpangan Tugu Tabuik Pariaman yang hendak kembali ke
rumah tabuik masing-masing.
Dalam kericuhan
tersebut kedua kubu anak tabuik saling melemparkan air mineral, Gendang
Tasa bahkan batu ke arah kerumunan massa.
tersebut kedua kubu anak tabuik saling melemparkan air mineral, Gendang
Tasa bahkan batu ke arah kerumunan massa.
Akibatnya salah seorang petugas keamanan gabungan terkena lemparan batu
dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
intensif.
Ribuan masyarakat Kota Pariaman
ikut serta menyaksikan prosesi kelima pesta budaya tabuik tersebut.
Dalam kericuhan para petugas keamanan terpaksa membentuk pagar betis dan
menembakkan water canon mobil pemadam kebakaran untuk melerai kedua
kubu yang saling bentrok.
ikut serta menyaksikan prosesi kelima pesta budaya tabuik tersebut.
Dalam kericuhan para petugas keamanan terpaksa membentuk pagar betis dan
menembakkan water canon mobil pemadam kebakaran untuk melerai kedua
kubu yang saling bentrok.
Ia menilai hal
tersebut masih dalam tahap kewajaran karena sudah menjadi tradisi turun
temurun setiap penyelenggaraan even budaya itu.
tersebut masih dalam tahap kewajaran karena sudah menjadi tradisi turun
temurun setiap penyelenggaraan even budaya itu.
“Tidak ada dendam yang melatarbelakangi prosesi ini, meskipun ricuh
hal itu menggambarkan situasi perang Karbala antara pasukan tentara Raja
Yazid melawan Imam Hosen cucu Nabi Muhammad SAW,” katanya.
Ia menjelaskan prosesi kelima Maarak Saroban Hosen yang dilakukan
tersebut melambangkan kebesaran dan penghormatan terhadap seorang
pemimpin.
Dalam prosesi tersebut ujarnya,
para anak Nagari Pasa dan Subarang mengiringi dengan tabuhan Gendang
Tasa dan panji-panji serta batang obor.
para anak Nagari Pasa dan Subarang mengiringi dengan tabuhan Gendang
Tasa dan panji-panji serta batang obor.
Sebelumnya Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat
Effendi Jamal mengatakan pemerintah setempat telah meminta prosesi
“Basalisiah” atau perseteruan dua kelompok massa dalam even Pesta Tabuik
2017 diganti dengan rangkaian seni tari gelombang.
“Beberapa tahun terakhir setiap dua kelompok Tabuik yakni Pasa dan
Subarang “basalisiah” atau bertemu di persimpangan jalan selalu terjadi
konflik yang menggambarkan perang Karbala, namun diharapkan
penyelenggaraan kali ini diganti dengan kesenian tari saja,” kata dia.
Ia mengatakan tujuan digantinya hal tersebut agar tidak menimbulkan
konflik nyata yang dapat memicu kesan negatif antara kedua belah pihak.
“Meskipun konflik itu tanpa rasa dendam, namun aksi seperti saling
melempar gendang dikhawatirkan dapat memicu konflik yang serius dan
menimbulkan kesan tidak baik,” kata dia.
Apalagi katanya, dengan diganti menjadi penampilan tari gelombang atau
tari adat dinilai lebih memiliki kesan budaya yang positif dan
membangun.
Meskipun adanya permintaan
penggantian tersebut pihaknya tidak menampik bahwa konflik saat
pertemuan dua kelompok tabuik dapat diredam.
penggantian tersebut pihaknya tidak menampik bahwa konflik saat
pertemuan dua kelompok tabuik dapat diredam.
sumber:antarasumbar
Komentar