Lintassumbar.id – Petani Tebu di Nagari Lawang Kecamatan Matur mengeluhkan kurangnya permintaan tebu sejak pandemi Virus Corona (Covid-19) melanda Sumatera Barat.
Marlin Tanjung (59 tahun) adalah salah satu dari sekian banyak petani tebu yang mengeluhkan dampak yang ditimbulkan oleh Corona yang hingga kini belum ditemukan obatnya itu.
“Sebelum Corona, kami rutin mengirimkan tebu batangan ke Pulau Jawa, sekarang permintaan sedikit sekali, bagaimana mau ke Jawa,” kata Marlin Sabtu (25/7).
Marlin menyebutkan pada saat kondisi normal, petani tebu Lawang tinggal mengirimkan tebu sesuai pesanan masing-masing langganan.
“Kondisi hari ini sangat jauh berbeda, kami berharap agar Corona ini cepat berlalu,” jelasnya.
Disinggung mengenai harga jual, Marlin mengaku harga tebu Lawang berkisar antara 3 ribu hingga 3 ribu perbatang. Diakui Marlin Covid-19 tidak mempengaruhi harga jual, namun yang menjadi kendala saat ini yakni kurangnya permintaan.
“Di luar pengiriman ke Jawa, biasanya terjual agak lima puluh batang, kami sudah dapat Rp.150.000,-. Kalau kini bisa tidak ada penjualan sama sekali,” kata Marlin.
Disamping berladang tebu, Marlin dan keluarganya juga merupakan pedagang di kawasan wisata Puncak Lawang yang notabene merupakan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Agam. Namun tak berbeda jauh. Dari pengakuannya terungkap bahwa warung-warung yang juga dilengkapi dengan spot spot fotografi itu juga mati suri.
“Senin sampai Jumat bisa dikatakan tidak ada pengunjung sama sekali, harapan kami di Sabtu Minggu, faktanya itupun tak seberapa,” ungkapnya.
Marlin adalah satu dari sekian banyak petani tebu dan pelaku wisata di Nagari Lawang. Pihaknya berharap agar pemerintah dapat mencarikan solusi agar perekonomian masyarakat setempat dapat kembali pulih seperti sediakala. (ISC/ MMC DiskominfoSB)