Terkejut membaca postingan Zulkifli K, yang mengabarkan H. Darman Harun Rajo Sutan Sari Alam meninggal dunia, Sabtu (30/4/2022) di rumah gadangnya, Kampung Surau, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman.
Raja Wali, begitu familiarnya Zulkifli di akun facebooknya, menulis status itu sore, sekitar dua jam jelang buka puasa.
Postingan itu berbunyi, Innalilahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmatullah, mamanda Drs H. Darman Harun bin Harun Rajo Sutan Sari Alam, dalam usia 81 tahun, Sabtu tgl 30 April jam 16:15. Rumah duka, Korong Kampuang Surau, Nagari Lurah Ampalu.
setelah tertegun membaca postingan itu, saya komentari dengan doa. Setelah itu saya telp langsung Zulkifli, Sekretaris DPC Partai Hanura Padang Pariaman itu, menanyakan kapan dikuburkan.
Sejak kecil, saya sudah kenal dengan Rajo Sutan Sari Alam itu, salah seorang Rajo di VII Koto Sungai Sariak. Wilayah atau ulayat ini terkenal dengan kekuasaan Rajo. Darman Harun salah seorang rajo itu.
Namun, Darman Harun mengenal saya baru kemarin sore. Ya, sekitar tahun 2000 an, dalam suatu acara NU di Padang.
Melalui perantara mendiang Razak TM, Darman Harun mengenal saya. Saya langsung panggil dia mamak, karena sama-sama bersuku Mandailing.
Setelah saling kenal, dan saya pun acap ke rumahnya, mendatangi dia, bertanya tentang ini dan itu, terutama seputar NU dan PKB.
Dia pensiunan Kepala Kemenag Padang Pariaman, sedangkan Razak TM pensiunan Kepala Kemenag Pesisir Selatan.
Mungkin seangkatan tokoh berdua ini, dia saling panggil haji saja. Kadang memanggil dengan sebutan Kando, lantaran Razak TM sering disapa begitu oleh teman sejawatnya.
Padatnya kegiatan NU dan PKB, hampir tiap acara itu saya sering jumpa dan bertemu dengan Darman Harun.
Dia orangnya tenang, suaranya pelan, namun punya arti yang mendalam ketika memberikan fatwa.
Kala itu dia tidak pakai sopir. Kemana-mana sendiri bawa mobil. Usai diskusi soal berita, dia minta titip salam ke Khairul Jasmi, Pemred Singgalang.
Darman Harun termasuk tokoh pertama dan ikut melahirkan PKB di Sumatera Barat. Dan momen itu bertepatan pula dia pensiun dari ASN, sehingga langsung klop dengan partai yang didirikan PBNU tersebut.
Dia tak banyak tampil, namun setiap ada kegiatan PKB selalu ada dia, sampai partai itu dipimpin Azwandi Rahman.
Setelah Azwandi Rahman tidak lagi jadi ketua, Darman Harun pun hilang dari peredaran.
Terdengar dia sering bolak balik Padang ke Pasar Usang. Di Batang Anai itu ada tanah yang dibelinya sudah lama.
Menggunakan mobil Panter, Darman Harun menikmati perjalannya ke tanah yang dia kelola di Pasar Usang.
Terakhir, saya bersua dia di batas kota, sekitar dua tahun yang lalu di salah satu warung kopi. Dia agak lupa, lalu saya ingatkan kembali memorinya, dia pun ketawa dan terpana.
Saya rencana bersama Buya Junaidi, ketua Yayasan Syekh Madinah ingin wawancara dengan Rajo Sutan Sari Alam itu, terkait sejarah guru Syekh Burhanuddin tersebut.
Namun belum terwujud, lantaran waktu saya selalu berselisih dengan Buya Junaidi. Buya ini tinggal di Riau, sehingga jarang pulang kampung.
Menurut Buya Junaidi, Darman Harun sangat menguasai sejarah panjang Syekh Madinah yang berkubur di Badinah itu.
Insya Allah Darman Harun husnul khatimah. Dia banyak meninggalkan jejak ilmu dan pengetahuan di tengah masyarakat.
Mudah senyum, dan bergaul dengan semua kalangan. Darman Harun menjalankan hidupnya bagaikan air mengalir. (Fdl/Damanhuri)