Oleh: Sadri Chaniago – Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Pariaman/ dosen Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas
Pada hari Sabtu tanggal 18 Muharram 1445 H (tanggal 5 Agustus 2023), telah dilaksanakan “Acara Pengukuhan” Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pariaman Periode 2022-2027 oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, dan sekaligus “Pengenalan” Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Pariaman periode 2022-2027, di Aula Balaikota Pariaman. Kegiatan tersebut dihadiri oleh kalangan internal Muhammadiyah, yang terdiri dari: Pimpinan Ranting Muhammadiyah & Aisyiyah se-Kota Pariaman, Pimpinan Cabang Muhammadiyah & Aisyiyah se-Kota Pariaman, Pimpinan Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah se- Kota Pariaman, Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) se-kota Pariaman, Pimpinan Majelis dan Lembaga sebagai Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) PDM dan PDA kota Pariaman, Para tokoh, anggota, dan simpatisan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, Ketua dan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat. Sementara itu dari kalangan eksternal, hadir para tamu dan undangan yang terdiri dari: Wakil Walikota Pariaman, FORKOPIMDA kota Pariaman, Pimpinan Ormas, Bawaslu, KPU, dan para undangan lainnya. Sungguh, tidak dapat saya ingkari, entah mengapa, tanpa bisa ditahan, air mata menetes di pipi ini, karena hanyut terbawa oleh suasana haru dan khidmatnya acara pengukuhan tersebut !
Sebelum dikukuhkan, PDM dan PDA kota Pariaman periode 2022-2027 ini telah mengikuti “Perkaderan Baitul Arqam Terpadu Pimpinan”, yang dilaksanakan pada tanggal 01 – 03 Juni 2023, bertempat di Balai Guru Penggerak Propinsi Sumbar, kota Pariaman. Perkaderan ini dilaksanakan oleh Majelis Pendidikan Kader Dan Sumber Daya Insani (MPK & SDI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat.
Acara Pengukuhan yang berjalan dengan sukses dan lancar tersebut, merupakan klimaks dari agenda suksesi kepemimpinan daerah Muhammadiyah dan “Aisyiyah kota Pariaman, yang diawali dengan Musyawarah Daerah (Musyda) untuk memilih PDM dan PDA Kota Pariaman periode 2022-2027, yang dihelat di komplek MTs Muhammadiyah Kurai Taji Pariaman Selatan, pada tanggal 5 Maret 2023. Musyda tersebut diikuti oleh peserta yang memiliki hak suara (peserta penuh), yang terdiri dari utusan: Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, Pimpinan Organisasi Otonom (Ortom) tingkat daerah, dan unsur Pimpinan Daerah Muhammadiyah periode sebelumnya. Sistem pemilihan yang menggunakan “E Voting” pada Musyda tersebut diikuti oleh 64 orang pemilih, dengan jumlah suara sah: 832 suara. Dari 39 orang calon anggota PDM yang memenuhi persyaratan, telah terpilih 13 orang anggota PDM yang memperoleh suara tertinggi. Saya sendiri, berada pada posisi ke delapan, dengan jumlah perolehan suara: 35 suara.
Komposisi PDM & PDA Kota Pariaman Periode 2022-2027.
Adapun komposisi Pengurus PDM Kota Pariaman periode 2022-2027 secara lengkap adalah: Drs. Nasri (Ketua), Dr. Afrinaldi Yunas, MA (Wakil Ketua), Azwirman, S.IQ., M.Pd (Wakil Ketua), Sufriadi Azis, S.Ag., M.Pd (Wakil Ketua), Mudassir, S.Ag (Wakil Ketua), Drs. Fakhrurrazi Kasmy (Wakil Ketua), Junaidi Mujab, S.Ag., M.Ag (Wakil Ketua), Sadri, S.IP., M.Soc.Sc (Wakil Ketua), Delfiadi, S.Pd.I (Wakil Ketua), Aprilius, S.Ag., M.A (Wakil Ketua) Muhammad Irsyad, S.Pd.I (Wakil Ketua), Rakhis Rizal, S.Pd.I (Wakil Ketua), dan Dra. Endrawati, MA (Wakil Ketua, ex officio Ketua PDA Kota Pariaman), Yosrizal, S.HI., MH (Sekretaris), Mhd. Fauzan Muslim, S.E.I (Bendahara). Dalam pelaksanaan tugas secara teknis, PDM Kota Pariaman dibantu oleh Unit Pembantu Pimpinan (UPP), yang terdiri dari beberapa Majelis dan Lembaga, yang akan dikukuhkan oleh PDM kota Pariaman dalam waktu dekat.
Dalam kepengurusan PDM Kota Pariaman periode 2022-2027, saya diamanahi untuk memegang posisi sebagai Wakil Ketua yang bertanggung jawab dalam bidang Organisasi, Ideologi, Kaderisasi dan Pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah. Dengan demikian saya bertanggung jawab untuk mengkoordinir Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPK & SDI), sebagai salah satu Unit Pembantu Pimpinan (UPP), dengan tugas utama menyelenggarakan perkaderan di kalangan internal Persyarikatan Muhammadiyah di kota Pariaman.
Sementara itu, komposisi PDA Kota Pariaman periode 2022-2027, adalah: Dra. Endrawati, MA (Ketua), Asmaul Husna, S. Pd (Wakil Ketua), Sri Harmainsyah, S. Pd I (Wakil Ketua), Faridayeni, B.Sc (Wakil Ketua), Urbanis, S. Pd, MA (Wakil Ketua), Ermida Yusi, S. Pd I (Sekretaris), Helmi, S. Ag (Wakil Sekretaris) Ismailiwati, S. Pd (Bendahara), Nuraliman, S. Pd I (Wakil Bendahara). Selain itu, juga terdapat ketua majelis, yaitu: Erwina, S. Pd (Majelis Tabligh dan Ketarjihan), Asnida, S. Pd (Majelis Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah), Sofia Janir, S. Farm (Majelis Kesehatan), Sri Lindawati, SE (Majelis Kesejahteraan Sosial), Rosmulidawati, B. Sc (Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan), Rizdayani, S. Pd I (Majelis Hukum dan HAM), Rina Ariani, S. Pd I, MA (Majelis Pembinaan Kader), Rahmiati, S. Pd (Lembaga Budaya Seni dan Olahraga), Irmasyatri, S. Pd I (Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana).
Beberapa catatan saya mengenai komposisi kepengurusan PDM dan PDA periode 2022-2027 yang telah dikukuhkan ini adalah:
Pertama, pada umumnya diisi kader formal dan informal yang memiliki rekam jejak yang jelas di dalam persyarikatan Muhammadiyah. Mereka bukan “kader abal abal” atau “kader karbitan”, akan tetapi “kader militan” yang ideologi dan komitmennya dalam ber-Muhammadiyah sudah teruji.
Kedua, merupakan komposisi yang seimbang antara kader “senior” dengan “kader” yunior, perpaduan kalangan tua dengan generasi muda. Ini merupakan salah satu indikasi bahwa suksesi kepemimpin di Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah berjalan dengan baik dan “soft”.
Ketiga, mereka memiliki modal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup, karena pada umumnya merupakan para aktifis yang berasal dari kalangan kelas menengah Muslim terdidik, yang dibuktikan dengan strata pendidikan akademik yang di atas rata-rata (Sarjana, Magister, dan Doktor), dengan latar belakang kajian ilmu yang beragam. Sehingga dengan demikian, dalam menjalankan amanah akan lebih kaya dengan perspektif, penuh dialektika, sehingga dapat melahirkan keputusan atau kebijakan yang lebih baik.
Keempat, memiliki latar belakang profesi yang beragam seperti: Pendidik (Guru dan Dosen), Aparatur Sipil Negara, Pengacara (Lawyer), Bankier dan Pengusaha, dan lain lain. Dengan adanya kemapanan “mata pencaharian” ini, diharapkan membuat mereka bisa lebih fokus dalam mengurus Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di kota Pariaman ini, karena cenderung tidak lagi dipusingkan oleh persoalan bagaimana membuat “periuk beras” tetap berasap.
Dengan empat catatan di atas, maka bagi saya komposisi PDM dan PDA periode 2022-2027 ini memiliki potensi besar untuk “mambangkik batang tarandam, manabuhi gadai lamo”, menjadikan “Sang Surya” kembali bersinar terang di kota Pariaman. Akan tetapi, semua hal itu akan menjadi “mimpi” semata, jika tidak “tarak baiyo bana” !
Langkah Langkah Strategis.
Untuk “menyongsong” bersinarnya (kembali) “Sang Surya” di kota Pariaman, sebetulnya ada dua jenis langkah strategis yang harus dilakukan, yaitu yang bersifat ke dalam (internal), dan bersifat keluar (eksternal). Namun dalam konteks dalam tulisan ini, lebih difokuskan kepada langkah strategis yang bersifat internal, yaitu::
Pertama, konsolidasi, kolaborasi, sinergisitas di antara PDM dengan PDA serta Ortom, yang bisa dilakukan dengan membangun Chemistry (perasaan saling terhubung yang terbangun di antara dua pihak). Seumpama ayah dan ibu, PDM dan PDA harus bahu-membahu dalam mengayuh biduk rumah tangga, sehingga keluarga menjadi tentram dan bahagia. Dan ini adalah contoh dan tauladan bagi anak anak mereka, yaitu Organisasi Otonom (Ortom) di Persyarikatan Muhammadiyah. PDM dan PDA harus merasa “Sasakik sasanang, Sarantak indak balain dagam, bak cando aua jo tabiang, sanda manyanda kaduonyo. Dek basamo mangko manjadi.” Untuk membangun chemistry itu, bisa dilakukan dengan membangun “Muhammmadiyah-‘Aisyiyah Center”, yaitu gedung dakwah multi fungsi, sebagai sekretariat bersama sekaligus sebagai pusat gerakan dakwah Muhammadiyah, serta base camp bagi Angkatan Muda Muhammadiyah di kota Pariaman. Paling tidak, chemistry itu juga ditumbuhkan dengan seringnya melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa melahirkan “momen kebersamaan” di kalangan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, beserta Ortom. Sudah tidak masanya lagi energi warga pPersyarikatan Muhammadiyah tersedot habis oleh persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh ego sektoral, dan permasalahan remeh-temeh yang tidak substansial. Kolaborasi adalah salah satu keharusan yang tidak bisa ditawar tawar lagi untuk dilakukan, kalau memang ingin menjadikan “Sang Surya” bersinar lebih terang di Kota Tabuik ini !
Kedua, Mengintensifkan kegiatan ekonomi melalui Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan memperluas atau membangun AUM baru, yang bisa menjadikan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah kota Pariaman mencapai kemandirian ekonomi. Dengan kemandirian ekonomi, akan memudahkan dalam melaksanakan segala program dan kegiatan yang telah dirancang dngan baik. Sebagus apapun program yang sudah dirancang, kalau tidak ada uang dan pendanaan, pada akhirnya akan macet di tingkat perencanaan saja ! Selain itu, secara psikologis dan politis, kemandirian ekonomi juga akan semakin mempertinggi “bargaining position” Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di kalangan pihak internal. Kalau anau lai basaga. Lurah lai babatu, urang nan indak ka lalu-laluan sajo. Hilang rono dek pinyakik, hilang banso dek tak barameh. Dek ameh kameh, dek padi manjadi. Itu sudah menjadi hukum alam !
Ketiga, Memassifkan kembali segala jenis kegiatan perkaderan untuk mengatasi gejala defisit kader yang mulai mendera. Harus diakui dengan jujur bahwa secara perlahan-lahan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah kota Pariaman sudah mengalami gejala kekurangan “kader ideologis”. Hal ini paling tidak tercermin dari mulai terasa sulitnya untuk mengisi formasi kepengurusan di tingkat ranting, cabang, bahkan daerah. Apalagi untuk mengisi formasi di dalam struktur majelis dan lembaga sebagai Unit Pembantu Pimpinan (UPP) di setiap tingkatan. Gejala defisit kader ini adalah persoalan serius dan mendesak yang harus diselesaikan secara bersama, dengan leading sector-nya tentu saja adalah Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPK & SDI) di PDM dan PDA.
Ketiga, Revitalisasi Cabang dan Ranting. Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di tingkat cabang dan ranting juga harus menjadi perhatian bersama, karena “ruh” Muhammadiyah sebagai “gerakan Islam” dari hari ke hari terlihat semakin memudar di kedua tingkatan itu. Katakanlah di tingkat cabang misalnya, “gerakan” Muhammadiyah yang masih terlihat hanya berupa kegiatan pengkajian Kemuhammadiyahan secara periodik sekali sebulan, kemudian ditambah dengan acara peringatan hari besar Islam. Peserta yang hadir pun bisa dihitung dengan jari, yang didominasi oleh “ibu-ibu” dari kalangan ‘Aisyiyah, dan sangat sedikit dari kalangan ‘bapak-bapak” Muhammadiyah. Apalagi Angkatan Muda Muhammadiyah, sering tak kelihatan puncak hidungnya tersebut. Apalagi kalau disgi lagi sampai ke tingkat ranting, keadaannya semakin parah karena nyaris tanpa ada kegiatan, siapa pengurusnya pun agak sulit diidentifikasi. Bahkan, gedung dan plang mereknya saja pun lagi terlihat ! Padahal, ranting memiliki peran yang sangat strategis, karena mereka adalah “akar umbi” (grassroot) dari gerakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang sebenarnya, dan merekalah sesungguhnya yang memiliki “massa” riil. Intinya, Massa riil dan pergerakan Muhammadiyah itu di tingkat ranting. oleh karena itu ranting harus maju dan berdigdaya !
Keempat. Inventarisasi karta benda (aset) dan kekayaan Persyarikatan Muhammadiyah. Muhammadiyah (dan organisiasi otonom khusus “Aisyiyah) adalah organisasi yang sering dikatakan “kaya” karena memiliki harta benda (aset yang banyak), yang tersebar mulai dari tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang, dan ranting. Namun seiring dengan berjalannya waktu, aset-aset Muhammadiyah yang terletak di cabang dan ranting, kadang-kadang sudah dikuasai atau beralih ke pihak lain, atau dikuasai oleh personal tertentu yang memiliki pertalian dengan Muhammadiyah, dan berbagai persoalan lainnya yang menyebabkan aset tersebut tidak bisa dikontrol, dikuasai, dan dimanfaatkan secara optimal oleh Muhammadiyah. Oleh karena itu, diperlukan upaya menginventarisasi dan memenej kembali segala aset tersebut, agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
Demikian artikel sederhana ini ditulis, sebagai “pengingat” bagi diri saya sendiri sebagai salah seorang anggota PDM Kota Pariaman, dan semoga menjadi masukan yang akan “dikunyah-kunyah” oleh anggota PDM dan PDA lainnya, serta bermanfaat pula hendaknya bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah Kota Pariaman pada umumnya. Walau apapun, Acara Pengukuhan PDM dan PDA kota Pariaman periode 2022-2027 yang telah dihelat dengan sukses, merupakan ‘starting point” dan asupan spirit bagi PDM dan PDA untuk menjadikan “sang Surya” kembali bersinar terang di Kota Tabuik ini. Semoga panas sinar sang Surya di pagi hari bertahan sampai petang, bukannya hujan di tengah hari. Amin YRA. Warga Persyarikatan Muhammadiyah menunggu “lecut Tangan” PDM dan PDA yang telah dikukuhkan..!
Nashrun Min Allah wa Fathun Qarib.
Komentar