Padangpariaman — Pada hari Minggu, 27 Oktober 2024, sinar matahari sore menyinari lembah di sekitar Pondok Pesantren Madrasatul ‘Ulum Lubuak Pandan, menambah kehangatan acara yang sudah lama dinantikan oleh masyarakat Kampung Guci, Nagari Lubuk Pandan, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman.
Acara “Batagak Kudo-Kudo” untuk bangunan baru lantai tiga pondok pesantren ini bukan sekadar peletakan struktur fisik bangunan, namun simbol dari harapan yang tumbuh di antara para santri, orang tua, dan tokoh masyarakat setempat.
Kedatangan rombongan pejabat disambut dengan penuh kehormatan. Buya Mahyeldi Ansharullah, Gubernur Sumatera Barat, yang diwakili oleh Yuliasman, anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman, serta ditemani oleh salah satu tim Buya Mahyeldi, Ustadz Abdurrahman Saputra, yang dikenal dengan gelar Tuanku Mudo, diharapkan menjadi saksi atas peresmian bangunan yang akan menjadi fondasi pendidikan agama generasi muda di sini.
Saat waktu menunjukkan pukul 14.10 WIB, suara gemuruh alat musik tradisional “tambua tasa” mulai terdengar di udara. Tabuhan tambua yang kuat menggema, diiringi oleh irama yang menghentak, membuat jantung berdebar seirama dengan alunan musik.
Santri dan warga tampak berkumpul di halaman, menunggu kehadiran rombongan dengan penuh antusiasme. Di depan, sekelompok penari galombang yang terdiri dari santri dan pemuda setempat sudah bersiap, berpakaian indah khas Minangkabau dengan warna-warna cerah yang kontras dengan warna tanah dan pepohonan di sekitar.
Ketika mobil rombongan berhenti di depan gerbang pesantren, Buya Marulis Tuanku Mudo, pimpinan Pondok Pesantren Madrasatul ‘Ulum Lubuak Pandan, segera menyambut Yuliasman dan Ustadz Abdurrahman Saputra dengan penuh hormat.
Dia ditemani oleh Damanhuri Tuanku Mudo, alumni sekaligus Pimpinan Redaksi MU Online1, serta Buya Zainuddin Tuanku Bagindo Basa, Guru Besar Pondok Pesantren Madrasatul ‘Ulum Lubuak Pua.
Hadir Tarmidzi, Ketua Panitia Pelaksana, yang tak henti-hentinya mengawasi jalannya acara dengan cermat agar semuanya berjalan sesuai rencana.
Saat para tamu melangkah turun, tari galombang mulai dibawakan dengan gemulai. Gerakan tangan dan kaki para penari begitu anggun dan ritmis, seolah bercerita tentang perjuangan, kearifan, dan keindahan budaya Minangkabau.
Tarian ini adalah wujud penyambutan penuh hormat, sebuah simbol bahwa para tamu diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat pesantren. Diiringi alunan tambua tasa, irama yang bertalu-talu seolah memberi napas baru bagi acara, membangun semangat dan keceriaan di tengah suasana perayaan.
Usai disambut dengan tari galombang, Yuliasman dan Ustadz Abdurrahman Saputra dibawa ke ruangan dalam pesantren, di mana hidangan khas Minangkabau sudah disiapkan.
Dipandu oleh pangka “Alek acara” atau pemimpin upacara, mereka menikmati berbagai sajian tradisional yang telah disediakan sebagai bagian dari tradisi penyambutan.
Di tengah jamuan tersebut, suasana keakraban dan rasa persaudaraan kian terasa. Para pemimpin pesantren duduk berdampingan dengan perwakilan pemerintah, sementara santri mengamati dengan rasa hormat dan kagum.
Setelah santap hidangan, acara puncak “Batagak Kudo-Kudo” segera dimulai. Yuliasman, bersama para tokoh pesantren, diarahkan menuju lokasi bangunan baru yang akan dibangun.
Tiang-tiang kayu berdiri kokoh di tengah pondasi bangunan, menandai titik awal berdirinya struktur bangunan. Para undangan, santri, dan warga sekitar berkumpul, membentuk lingkaran besar di sekitar area tersebut, menyaksikan momen bersejarah yang akan menjadi fondasi spiritual dan intelektual para santri di masa depan.
Yuliasman, mewakili Gubernur Sumatera Barat, diberikan kehormatan untuk memasang salah satu tiang utama. Dengan semangat dan doa yang terpancar dari wajahnya, tiang tersebut ditegakkan.
Ustadz Abdurrahman Saputra, yang juga akrab disapa Tuanku Mudo, kemudian memimpin doa bersama, memohon keberkahan dan keselamatan bagi bangunan ini serta para santri yang akan menimba ilmu di dalamnya. Doa dilantunkan dengan khusyuk, suara beliau menggema di udara, menyatu dengan lantunan “Aamiin” yang serentak diucapkan oleh hadirin.
Tak hanya itu, Buya Marulis Tuanku Mudo juga menyampaikan sambutannya. Dalam pidatonya, beliau menekankan pentingnya pondok pesantren sebagai pusat pembelajaran dan penggemblengan akhlak, sebuah tempat yang bukan hanya membentuk santri menjadi individu yang berilmu, namun juga berakhlak mulia.
Beliau mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Sumatera Barat, khususnya kepada Buya Mahyeldi, atas dukungan yang diberikan bagi pembangunan pesantren ini.
Sementara itu, Buya Damanhuri Tuanku Mudo turut menyampaikan kisah-kisah masa lalu pesantren, saat beliau masih menjadi santri. Kehadirannya di sini sebagai alumni menambah kekuatan ikatan emosional yang menyelimuti acara ini.
Acara ini juga dihadiri oleh para alumni dari Pondok Pesantren Madrasatul ‘Ulum Lubuak Pua, sebuah pesantren yang memiliki hubungan erat dengan Madrasatul ‘Ulum Lubuak Pandan.
Para alumni berbagi cerita dan pengalaman, menyaksikan bahwa nilai-nilai luhur yang mereka pelajari semasa menuntut ilmu masih terpelihara di hati mereka, dan kini mereka menyaksikan nilai-nilai tersebut diwariskan kepada generasi muda.
Para tokoh masyarakat dari sekitar korong Kampung Guci, wali santri, dan seluruh tamu undangan, satu per satu menyampaikan harapan mereka.
Di hadapan bangunan yang sedang dibangun, harapan dan doa-doa dipanjatkan, agar bangunan ini kelak menjadi tempat berkumpulnya insan-insan yang tidak hanya mengejar ilmu dunia, tapi juga akhirat.
Sore semakin mendekati senja, namun semangat hadirin tak kunjung pudar. Acara “Batagak Kudo-Kudo” ini menjadi lebih dari sekadar peresmian bangunan fisik.
Ia menjadi sebuah ritual penuh makna, pengingat bahwa setiap tiang yang didirikan di sini adalah simbol dari tekad untuk membangun generasi yang tangguh, berakhlak, dan siap menghadapi masa depan.
Tatkala acara hendak usai, Buya Marulis menutup dengan pesan yang menyentuh hati, “Bangunan ini adalah amanah. Sebuah titipan yang harus dijaga bersama. Mari kita bina pesantren ini agar kelak dapat melahirkan insan-insan yang bisa memberi manfaat bagi agama, bangsa, dan tanah Minangkabau.”
Ucapan tersebut mendapat tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin, menandai akhir dari acara yang penuh khidmat dan kebersamaan ini. Para tamu perlahan-lahan berpamitan, dan wajah mereka memancarkan rasa syukur dan kebahagiaan. Sementara itu, para santri kembali ke asrama dengan semangat baru, siap menimba ilmu di bawah naungan pondok pesantren yang semakin kuat berdiri.
Momen tersebut menjadi kenangan tak terlupakan, sebuah bukti bahwa Pondok Pesantren Madrasatul ‘Ulum Lubuak Pandan bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga rumah kedua bagi para santri, tempat di mana mereka dibina menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan zaman dengan ilmu, iman, dan taqwa.
Sesaat sebelum perwakilan Buya Mahyeldi tiba, Bupati Suhatri Bur yang juga sumado Kampung Guci, hadir dan tiba di pesantren yang berdiri sejak 1940 M ini.
Bagi Suhatri Bur, calon Bupati Padang Pariaman nomor urut satu ini, Madrasatul ‘Ulum Lubuk Pandan tidak asing baginya.
Awal reformasi, Suhatri Bur yang bergelar Datuak Putiah ini pernah mengisi kelanjutan pendidikan non formal para santri.
Tak heran, Suhatri Bur sangat akrab dengan M. Kamal Ma’ruf Datuak Saripado, pengurus pesantren ini. Tiap sebentar Suhatri Bur menyebut nama Datuak ini, supaya pesantren ini diurus betul.
Pun dengan keluarga Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, sang pendiri pesantren, Aciak, begitu Suhatri Bur akrabnya di tengah masyarakat, juga tak asing.
Begitu juga dengan H. Ali Bakri Tuanku Khalifah, alumni Madrasatul ‘Ulum Lubuk Pandan yang sengaja pulang untuk hadir Alek Batagak Kudo-Kudo ini, Suhatri Bur pun dekat dan saling berkisah.
Ali Bakri Tuanku Khalifah tak sendirian. Dia angkut juga istrinya, Hj. Almiati pulang kampung sekalian. Dua kodi seng niatnya ke pondok, langsung disampaikan.
Tentu, keluarga besar Madrasatul ‘Ulum Lubuk Pandan menyampaikan terima kasih banyak kepada Suhatri Bur, Mahyeldi, para alumni, masyarakat Lubuk Pandan dan seluruh tamu undangan, atas kehadiran dan sumbangannya. (titip elyas)
Komentar