Iven Batajau Seni digelar di Gor Sungai Sarik 30/12. |
Padangpariaman— Acara Batajau Seni yang sudah lama diidamkan oleh para penggerak sanggar seni tradisi di Kota Pariaman dan Kabupaten Padangpariaman akhirnya digelar 30 Desember kemarin di Gor Sungai Sarik. Acara tersebut berjalan sukses dengan dihadiri ratusan penunjung.
Stage manager Wendy mengaku bersyukur kegiatan berjalan sukses.
“Alhamdulillah, para penampil tampil dengan baik dan sangat memukau. Masyarakat sangat antusias walau beberapa kali hujan mewarnai, tapi lokasi kita tak pernah sepi,” katanya.
Sebanyak 10 karya telah dipentaskan malam itu. Setiap karya adalah karya inovasi yang berdasarkan tradisi. Tampak perpaduan yang apik antara ide para seniman dengan bentuk asli tradisi yang diwariskan nenek moyang mereka.
Sanggar Bundo kanduang misalnya, malam itu menampilkan suguhan musik yang bernuansa balads rock tapi dibalut dengan warna musik minang yang kental.
Sanggar Darak Badarak yang identik dengan kekuatan perkusinya pun menyuguhkan karya inovasi yang berangkat dari permainan tambua dan talempong. Suguhan apik ini juga menonjol lantaran jumlah personal yang terlibat membuatnya terlihat kolosal.
Seperti yang jamak diketahui, Darak Badarak adalah sanggar yang sudah malang melintang di panggung nasional dan internasional.
Sementara sanggar Umbuik Mudo mempersembahkan olahan pertunjukan tari yang berangkat dari gerakan indang yang apik. Binuang sati malam itu juga mempersembahkan tarian, namun kelompok dari Tandikek ini mempertunjukkan kebolehan permainan legaran randai yang relatif tampak baru dari yang sudah-sudah.
Malam itu juga tampil Sanggar dewi production yang menawarkan perpaduan apik antara tarian dan musik. Lagi-lagi sanggar ini berangkat dengan kekayaan seni Piaman, termasuk Luambek yang legendaris.
Sementara sanggar Durga selaku tuan rumah, menampilkan olahan Gandang Tasa dengan suguhan yang lain dari biasa. Jika biasanya gandang tasa hanya sebuah permainan musik dengan sedikit gerak, Sanggar Durga memperlihatkan bahwa gerakan yang tertata juga dapat membuat permainan tasa mereka semakin menarik.
Sanggar Rangkiang Palito memanjakan penonton lewat suguhan tari yang memperlihatkan permainan indang dengan kegembiraan yang diluapkan lewat gerak menarik.
“Malam ini permainan para penampil sangat apik dan menarik. Garapan-garapan seperti ini perlu mendapat tempat. Dan Batajau adalah tempat yang tepat, kemudian diharapkan dapat terus dilanjutkan hingga ke panggung nasional bahkan internasional,” kata Sahrul, peneliti sekaligus pengajar pascasarjana ISI Padangpanjang.
Sementara kreator musik kontemporer berbasis tradisi Piaman, Susandra Jaya berharap iven batajau terus digerakkan untuk mengedukasi generasi muda tentang kekayaan seni Piaman.
“Ini adalah sebentuk wadah bagi pengembangan industri kreatif. Selanjutnya diharapkan akan digelar pula diskusi dan berbagai workshop bersama dengan wadah yang sudah ada ini,” katanya.
Usai berbagai pertunjukan digelar, para penggerak sanggar menyaksikan pertunjukan Silek Sunua bersama-sama.
“Silek Sunua Insyallah akan dijadikan sebagai seni tradisi asli yang menjadi inspirasi untuk sejumlah karya yang akan ditampilkan pada batajau seni ke 2,” sebut Muhammad Fadhli selaku juru bicara panitia.
Meski sanggar yang tampil malam itu hanya beberapa sanggar, namun total seluruh sanggar yang turut mendukung kegiatan ini mencapai 19 sanggar dan kelompok manajemen seni.
Hal ini membuktikan bahwa insan seni Piaman sudah mulai bersatu, saling dukung satu dengan yang lain demi kemajuan bersama. (rilis panitia)
Komentar