Lintassumbar.id – Terkait perkembangan kasus dugaan mesum oleh tenaga harian lepas (THL) di DPRD Padang Pariaman, tim investigasi internal Sekretariat DPRD Kabupaten Padang Pariaman, tidak menemukan bukti perbuatan mesum.
Dimana dua tenaga harian lepas lembaga itu Andi dan Luni diduga melakukan perbuatan itu di ruangan Ketua DPRD Padang Pariaman pada Selasa (31/3) lalu.
“Atas kejadian itu, kami telah membentuk tim pencari fakta untuk mencari bukti dugaan perbuatan yang dilakukan oleh kedua tenaga harian lepas itu,” kata Sekwan DPRD Padang Pariaman Khairul Nizam saat memberikan keterangan terkait dugaan mesum yang dilakukan oleh dua tenaga harian lepas di lembaga itu di Pariaman, Jumat (8/5).
Lebih lanjut, Khairul menyampaikan tim yang dibentuk itu tidak fokus pada pencarian fakta perbuatan dua orang itu. Namun, saat kejadian pintu ruangan pimpinan terkunci dari dalam dan yang laki-laki memanjat loteng serta tidak dilakukan pemeriksaan medis.
“Untuk pembuktian memang tidak bisa namun penyelidikan lebih pada kelalaian dari tenaga harian lepas tersebut,” katanya.
Di mana akibat kelalaian tersebut, menurut Khairul, perbuatan mereka membuat citra lembaga dan nama baik pimpinan menjadi buruk. Oleh karena itu, lanjutnya pihaknya mengambil keputusan untuk memberhentikan kedua tenaga harian lepas tersebut.
“Keputusan ini diambil setelah ada laporan dari tim pencari fakta itu, yang memang tidak fokus pada perbuatan mereka,” katanya.
Sementara itu, salah seorang tenaga harian lepas yang diduga berbuat mesum tersebut, Andi, membantah tuduhan yang ditujukan kepada dirinya dengan Asisten Pribadi Ketua DPRD Padang Pariaman Luni karena merasa difitnah.
Padahal, waktu itu dirinya melihat informasi melalui pesan di grup whatsapp kantornya bahwa pengajuan amprah gaji terakhir keesokan harinya yaitu Rabu.
“Karena hari itu kebetulan Ketua DPRD akan pergi melayat ada yang meninggal,” katanya.
Akan tetapi, mengingat amprah gaji serta sekaligus menanyakan besaran rencana kegiatan anggaran (RKA) pembayaran listrik Rumah Dinas Ketua DPRD Padang Pariaman maka dirinya menyempatkan ke kantor lembaga itu.
“Pagi itu saya langsung datang ke kantor untuk menyelesaikannya,” ujarnya.
Namun, saat Andi sampai di kantor tersebut, ia belum melihat Luni di kantor, dan Andi akhirnya memutuskan untuk menelepon Luni. Karena untuk mengurus itu hanya Luni yang bisa.
“Sambil menunggu Luni saya main game di hp saya,” lanjut Andi menceritakan kronologisnya.
Tidak berapa lama yang bersangkutan datang, namun karena RKA yang dimaksud berupa file yang terletak di dalam laptop Luni yang letak laptop itu berada di dalam ruangan pimpinan, maka kedua orang tersebut masuk ke dalam ruangan untuk melihat hal yang dimaksud.
“Saat berada di ruangan ketua, saya mendengar suara pintu utama kantor dikunci awalnya kami tidak curiga dan tetap masuk ke dalam ruangan pimpinan untuk melihat RKA itu, guna mencocokan tagihan listrik tersebut,” katanya.
Tidak berapa lama berselang, lanjutnya, mereka sudah mendengar suara orang banyak dan membuka pintu utama dengan perkataan menuduh sehingga ia merasa cemas dan seketika dirinya mengunci pintu ruangan Ketua DPRD Padang Pariaman.
“Karena mereka mendesak maka kami merasa cemas dan Luni saya lihat sudah menangis sehingga memanjat loteng,” kata dia.
Ia menduga bahwa apa yang menimpa dirinya bersama Luni disebabkan karena ada pihak yang tidak senang terhadap kedekatan mereka dengan pimpinan.
“Jika kami ingin berbuat asusila maka motor saya pasti saya parkir jauh dari kantor tapi ini saya parkir di depan kantor,” tambahnya.(imam)
Komentar