Oleh: Wiztian Yoetri – Wartawan Senior
Duet Walikota Pariaman Genius Umar-Wakil Walikota Mardison Mahyudin akan berakhir periodenya bulan Oktober 2023. Masihkah mereka berlanjut untuk periode kedua 2024-2029?
Mengingat waktu tinggal menghitung bulan, maka prosesi pergantian kepemimpinan ini menjadi gunjingan politik di kota Pariaman. Bahkan ada yang menduga Genius-Mardison bakal pecah kongsi? Ataukah selain mereka berdua akan ada figur lain yang bakal muncul?
Namun di antara isu yang banyak disorot adalah figur Wawako Mardison Mahyudin, apakah akan maju sebagai balon wako dengan pasangan lain? Inilah yang menjadi buah bibir. Melihat kematangan berpolitik mantan Ketua DPRD Kota Pariaman dia diyakini mempunyai kekuatan massa yang cukup signifikan.
Tanpa mengecilkan power Walikota Genius yang cukup populer di tengah warga kota, diam-diam sebenarnya Mardison Mahyudin, memiliki magnet tersendiri, terutama bagi masyarakat grass root (masyarakat akar rumput).
Mardison yang sehari-hari Ketua Partai Golkar dan Ketua Dewan Mesjid Kota Pariaman, dikenal sebagai sosok yang rajin bersilaturahmi. Baik dalam menghadiri “baralek” maupun “melayat” siapapun yang meninggal dunia di kota Pariaman. Mardison senantiasa hadir dengan senyumnya yang khas.
Bagi Mardison, hadir dalam silaturahmi bersama masyarakat sudah menjadi panggilan batinnya. “Bukankah membahagiakan orang lain, juga termasuk amal ibadah yang diajarkan dalam Islam,” ujarnya suatu ketika.
Meski terkesan, selama jadi wawako, posisinya dibelakang layar, namun sejumlah pemikiran dan karyanya juga mewarnai kebijakan Pemko Pariaman yang berduet dengan Wako Genius Umar.
“Untuk kebijakan yang strategis, kami senantiasa berdiskusi bersama pak Wali. Dan, pak wali adalah seorang figur yang humble dan akomodatif,” jelas Mardison memuji pasangannya.
Pernah suatu ketika, untuk memperlancar jalannya “Tabuik” menuju tempat pembuangan, pantai Pariaman, pak Wali menugaskan wawako Mardison untuk melobi owner hotel Nan Tongga Pariaman di Jakarta karena sebagian tanah hotel harus diambil untuk pembangunan jalan. Mardison berhasil melakukan lobby, dan tanah itu pun dibebaskan. Sering juga Mardison membawa aura perantau ke kampung halaman, karena berkali-kali mewakili walikota menghadiri acara temu perantau.
Kebiasaan duduk di lapau (warung), membuat Mardison punya kekuatan argumentasi dan bicara apa adanya dalam setiap kesempatan. “Di lapau kita banyak belajar berdemokrasi,” katanya.
Mardison dikenal juga di kota Pariaman sebagai pemimpin yang terbuka dan rendah hati. Beberapa kali open house lebaran, di rumah dinasnya, di saat di rumah-rumah dinas lain, hanya berlangsung beberapa jam. Justru Mardison memberi ruang waktu seluas-luasnya sampai malam.
“Kapan lagi kita beri kesempatan rakyat untuk berlebaran ke rumah dinas ini. Toh ini adalah rumah rakyat juga,” ungkap sang wawako yang dikenal juga rajin bersepeda dan naik sepeda motor itu.
Namun untuk memahami, apakah Mardison akan maju menjadi Pariaman Satu, pada tahun 2024 atau berpasangan lagi dengan Wako Genius Umar, sepertinya waktu akan menjawabnya.
“Tugas kita, menyelesaikan dahulu amanah rakyat hingga bulan Oktober 2023, selanjutnya kita lihat perkembangan dan situasi,” jawab Mardison dengan diplomasi.
Yang jelas, seperti diungkapkannya dalam beberapa kesempatan pertemuan publik, sudah menjadi cita-cita luhur bagi Mardison, seluruh pengabdiannya harus bermanfaat bagi masyarakat.
“Sebagai pemimpin tingginya hanya boleh seranting dari yang dipimpin, dan dahulunya selangkah,” ungkap Mardison.
Sebagai orang yang dekat dengan masyarakat akar rumput, Mardison ternyata seorang penganut filosofi rumput; meski bersaing hidup dengan rumput-rumput lain dalam satu tempat, namun mampu hidup bersama untuk tidak saling melukai.
Kota Pariaman adalah kota yang sudah hadir sebelum Indonesia ada. Disebutkan Buya Hamka di dalam bukunya, Pariaman adalah tanah yang makmur sentosa, berangkat dari bahasa arab dengan akar kata “barriamman.” Tentu saja penamaan ini didasarkan oleh perspektif para pengembara pada masa lalu yang mengarungi samudra lalu melihat sebuah tempat yang berkesan di hati mereka.
Sungguh kita harus bangga dengan kota ini, atas itu pula kita menunggu pemimpin-pemimpin yang cakap agar tanah yang makmur sentosa ini benar-benar terjaga hingga anak cucu. Siapapun yang menjadi pemimpin punya komitmen agar menjadikan Pariaman dengan penduduk 95.519 jiwa ini, seperti halnya kota-kota kecil indah di Eropa sana. Apakah mereka berdua kembali memimpin atau salah seorang dari keduanya? Waktu yang menjawab bersama takdir yang akan kita jalani bersama di daerah ini.**
Komentar